Kisah Dan Nasehat-Nasehat Lukmanul Hakim

Luqman Hakim ialah seorang yang cendekia tinggi dan diberi pesan yang tersirat oleh Allah Swt. Sebagai orang bijak. Luqman Hakim diabadikan dalam Al-Qur’an, terutama mengenai nasihat-nasihatnya yang ditujukan kepada anaknya. Beberapa nasihatnya tertuang dalam Al-Qur'an Surat Luqman : 12 hingga 19. Adapun dasar pokok nasihat itu adalah,

1. Perintah bersyukur kepada Allah Swt.;
2. Larangan menyekutukan Allah Swt.;
3. Perintah berbuat baik kepada ibu dan bapak;
4. Mengikuti orangtua yang musyrik, namun tetap dipergauli dengan baik.
5. Pahala bagi orang yang bersedekah kebajikan.
6. Perintah melaksanakan salat, berbuat baik dan menjauhi kemungkaran serta sabar;
7. Larangan bersikap sombong.
8. Perintah bersikap sederhana dalam perjalanan.

Nama lengkap Luqman Hakim ialah Luqman bin Baura bergelar alhakim ia diberi gelar al-Hakim karena dianugerahi banyak pesan yang tersirat oleh Allah Swt., Ia ialah keturunan Azar, ayah Nabi Ibrahim as. Luqman digambarkan sebagai seorang pria yang berkulit sangat hitam dan berwajah jelek dengan bibir yang sangat tebal, namun hati dan akhlaknya tidak seburuk wajahnya. Hatinya amat nrimo dan akhlaknya sangat terpuji. Kata-kata pesan yang tersirat sebagai nasihat selalu keluar dari bibirnya.

Kemuliaan seseorang di hadapan Allah Swt. tidak tergantung pada keturunannya, akan tetapi pada ketakwaan dan akhlaknya. Luqman ialah salah seorang yang bertakwa dan berakhlak mulia. Ketakwaan dan kemulian akhlaknya dijadikan rujukan di dalam al-Qur’an, ketakwaannya kepada Allah Swt. ditunjukkannya lewat nasihat kepada putranya, An’am atau Asykam, contohnya tidak mempersekutukan Allah Swt. karena perbuatan itu merupakan kedzaliman yang sangat besar, sebagaimana diterangkan dalam QS. Luqman: 13 sebagai berikut ;

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) saat Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kau mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) ialah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS.Luqman: 13)

Kemudian budpekerti seseorang sanggup ditunjukkan melalui perilaku. Seperti tidak bersikap sombong dan arogan kepada sesama manusia. Allah Swt., berfirman dalam QS. Luqman : 18. Adapun kemuliaan budpekerti ditunjukkan lewat nasihatnya untuk tidak bersikap sombong dan arogan kepada sesama manusia.

Lukmanul Hakim disebut-sebut dalam al-Qur’an karena jasanya sangat nyata bagi kemaslahatan hidup bermasyarakat dan ajaran-ajarannya termuat dalam al-Qur’an yang mencakup beberapa hal diantaranya:

1. Larangan menyekutukan Allah Swt.,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

"Dan (ingatlah) saat Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kau mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) ialah benar-benar kezaliman yang besar”.(QS. Luqman :13)

Syirik berarti mempersekutukan Allah Swt. dengan yang kuasa lain sebagai sembahan, objek pemujaan, dan kawasan menggantungkan harapan. Syirik digolongkan dalam kategori kufur alasannya ialah perbuatan syirik itu mengingkari keesaan Tuhan, yang berarti mengingkari kemahakuasaan serta kemahasempurnaan-Nya.

Al-Qur’an menegaskan bahwa Allah Swt. tidak akan mengampuni dosa syirik, dan bahwa perbuatan syirik merupakan dosa yang sangat besar.

2. Perintah bersyukur kepada Allah Swt,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jikalau kau bersyukur, niscaya Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jikalau kau mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS.Ibrahim:7)

Allah Swt. menganugerahkan nikmat yang banyak kepada manusia. Setiap detik dalam kehidupan insan tidak akan pernah lepas dari nikmat Allah Swt. Syukur berarti berterima kasih kepada Allah Swt. dan memanfaatkan nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. kepada kita sesuai dengan kehendak yang memberikannya. Bersyukur mengandung banyak manfaat diantaranya mengekalkan nikmat yang ada dan menambah nikmat itu dengan nikmat lain yang berlimpah ruah.

3. Berbuat Baik Kepada Kedua Ibu Bapak.
Allah Swt menjelaskan wacana berbuat baik kepada kedua Ibu Bapak yang termaktub pada QS. Luqman:14

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada insan (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (QS.Luqman:14).

Dalam ayat ini Allah Swt menggandengkan perintah bersyukur kepada Allah Swt dengan perintah bersyukur kepada kedua orang tua. Ini memperlihatkan betapa penting dan mulianya kedudukan kedua orang tua. Karena itu Allah Swt sangat melarang semua bentuk siakap meremehkan, merendahkan dan penghinaan kepada kedua orang tua.

Bahkan termasuk dosa besar yang siksanya tidak hanya kelak di darul abadi namun juga kesengsaraan saat di dunia. Banyak sekali kisah wacana kesengsaraan anak yang durhaka kepada kedua orang bau tanah ini. Sebaliknya Allah Swt mewajibkan semua bentuk sikap penghormatan dan memulyakan kepada kedua orang tua.

Luqman Al-Hakim mengajar anaknya ilmu yang tiba dari sisi Allah Swt Yang Maha Mengetahui. Beliau pernah berpesan dan memperlihatkan lebih daripada 50 nasihat kepada anaknya. Di antaranya ialah sebagai berikut:

1. “Wahai anak kesayanganku! Allah Swt. memerhatikan dirimu dalam kepekatan malam, semasa engkau bersolat atau tidur nyenyak di belakang tabir di dalam istana. Dirikan solat dan jangan engkau ragu untuk meninggalkan masalah makruh dan melempar jauh segala kejahatan dan kekejian.” 

2. “Wahai anakku! Selalulah berharap kepada Allah Swt. wacana sesuatu yang mengakibatkan untuk tidak mendurhakai Allah Swt. Takutlah kepada Allah Swt. dengan sebenar-benar takut (takwa), tentulah engkau akan terlepas dari sifat berputus asa dari rahmat Allah Swt.”

3. “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah Swt. (dengan sesuatu yang lain), bahu-membahu perbuatan syirik itu ialah satu kezaliman yang besar.” 

4. “Wahai anakku, bersyukurlah kepada Tuhanmu karena karunia-Nya. Orang yang mulia tidak mengingkari Penciptanya kecuali orang yang kufur.”

5. “Wahai anakku! Bukanlah satu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari ilmu tetapi engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubahnya menyerupai orang yang mencari kayu api, maka sesudah banyak ia tidak bisa memikulnya, padahal ia masih ingin menambahkannya.”

6. “Wahai anakku! Ketahuilah, bahu-membahu dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak insan yang tenggelam ke dalamnya. Jika engkau ingin selamat, semoga jangan karam, layarilah lautan itu dengan sampan yang berjulukan takwa, isinya ialah keyakinan dan layarnya ialah tawakal kepada Allah Swt.”

7. “Wahai anakku! Orang-orang yang senantiasa menyediakan dirinya untuk mendapatkan nasihat, maka dirinya akan menerima penjagaan dari Allah Swt. Orang yang insaf dan sadar sesudah mendapatkan nasihat orang lain, maka dia akan sentiasa mendapatkan kemulian dari Allah Swt. juga.”

8. “Wahai anakku! Jadikanlah dirimu dalam segala tingkahlaku sebagai orang yang tidak ingin mendapatkan kebanggaan atau mengharap sanjungan orang lain karena itu ialah sifat riya’ yang akan mendatangkan cela pada dirimu.”

9. “Wahai anakku! Jangan engkau berjalan sombong serta takabbur, Allah Swt. tidak meridhai orang yang sombong dan takabur.”

10. “Wahai anakku! Senantiasalah baik tutur kata dan halus budi bahasamu serta bagus wajahmu, dengan demikian engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang pernah memperlihatkan barang yang berharga.”

11. “Wahai anakku! Bilamana engkau mau mencari mitra sejati, maka ujilah dia terlebih dahulu dengan berpura-pura menciptakan dia marah. Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha menginsafkan kamu, maka bolehlah engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka berhati-hatilah.”

12. “Wahai anakku! Apabila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yang tidak mengharapkan sesuatu daripadanya. Namun biarkanlah dia yang mengharapkan sesuatu darimu.”

13. “Wahai anakku! Barangsiapa yang penyayang tentu akan disayangi, dan barangsiapa yang pendiam akan selamat dari berkata yang mengandung racun dan barangsiapa yang tidak sanggup menahan lidahnya dari berkata kotor tentu akan menyesal.”

14. “Wahai anakku! Bergaul rapatlah dengan orang yang alim lagi berilmu. Perhatikanlah kata nasihatnya karena bahu-membahu sejuklah hati ini mendengarkan nasihatnya, hidupkan hati ini dengan cahaya pesan yang tersirat dari mutiara kata-katanya bagaikan tanah yang subur kemudian disirami air hujan.” 

15. “Wahai anakku! Janganlah engkau gampang tertawa kalau bukan karena sesuatu yang menggelikan hati, janganlah engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti, janganlah engkau bertanya sesuatu yang tidak ada guna bagimu, dan janganlah mensia-siakan hartamu.” 

16. “Wahai anakku! Sekiranya kau di dalam shalat, jagalah hatimu, sekiranya kau makan, jagalah kerongkongmu, sekiranya kau berada di rumah orang lain, jagalah kedua matamu dan sekiranya kau berada di kalangan manusia, jagalah lidahmu.” 

17. “Wahai anakku! Usahakanlah semoga mulutmu jangan mengeluarkan kata-kata yang basi dan kotor serta kasar, karena engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, berusahalah semoga bicaramu mendatangkan manfaat bagi orang lain.” 

18. “Wahai anakku! Berdiam diri itu ialah pesan yang tersirat (perbuatan yang bijak) sedangkan amat sedikit orang yang melakukannya.”

19. “Wahai anakku! Janganlah engkau menghantarkan orang yang tidak cerdik sebagai utusan. Maka bila tidak ada orang yang cerdik, sebaiknya dirimulah saja yang layak menjadi utusan.”

20. “Wahai anakku! Janganlah engkau bertemankan dengan orang yang bersifat ‘bermuka dua’ (munafik), kelak akan membinasakan dirimu.” 

21. “Wahai anakku! Sesungguhnya orang ‘bermuka dua’ bukan seorang yang jujur di sisi Allah Swt.” 

22. “Wahai anakku! Jauhilah bersifat dusta, alasannya ialah berbohong itu gampang dilakukan, bagaikan memakan daging burung, padahal sedikit saja berdusta itu telah memperlihatkan akhir yang berbahaya.” 

23. “Wahai anakku! Siapa yang berbohong hilanglah air mukanya dan siapa yang jelek akhlaknya banyaklah dukacitanya.” 

24. “Wahai anakku! Bersabarlah atas apa yang menimpa dirimu karena yang demikian itu menuntut kepastian kukuh daripadamu dalam setiap bencana dan urusan.”

25. “Wahai anakku! Apabila engkau memiliki dua pilihan di antara takziah orang mati atau menghadiri majelis perkawinan, pilihlah untuk menziarahi orang mati, alasannya ialah itu akan mengingatkanmu kepada darul abadi sedangkan menghadiri pesta perkawinan hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi saja.” 

26 “Wahai anakku! Janganlah engkau makan hingga kenyang yang berlebihan, karena bahu-membahu makan yang terlalu kenyang itu ialah lebih baik bila kuliner itu diberikan kepada anjing saja."

27. “Wahai anakku!Janganlah engkau terusmenerusmenelankarena manisnya sesuatu, dan janganlah pula engkau terus menerus memuntahkan pahitnya sesuatu, karena bagus belum tentu menjadikan kesejukan dan pahit itu belum tentu menjadikan kesengsaraan.” 

28. “Wahai anakku! Aku pernah makan kuliner yang baik dan memeluk yang terbaik tetapi saya tidak pernah melihat sesuatu yang lebih lazat daripada kesehatan.” 

29. “Wahai anakku! Seandainya perut dipenuhi makanan, akan tidurlah nalar fikiran, terganjal segala pesan yang tersirat dan lumpuhlah anggota tubuh untuk beribadah.” 

30. “Wahai anakku! Apabila perutmu telah penuh sesak dengan makanan, maka akan tidurlah fikiranmu, menjadi lemah hikmahmu dan berhentilah (malas) seluruh anggota tubuhmu untuk beribadah kepada Allah Swt. dan hilanglah kebersihan hati (jiwa) dan kehalusan pengertian, yang dengan alasannya ialah keduanyalah akan diperoleh lezatnya munajat dan berkesannya zikir pada jiwa.” 

31. “Wahai anakku! Makanlah makananmu bersama sama dengan orang orang yang takwa dan musyawarahkanlah urusanmu dengan para alim ulama dengan cara meminta nasihat dari mereka.”

32. “Wahai anakku! Jangan engkau durhaka terhadap ibu dan ayahmu dengan alasan apapun, melainkan apabila mereka menyuruhmu durhaka kepada Yang Maha Kuasa.” 

33. “Wahai anakku! Allah mewasiatkan dirimu; berbuat oke dengan ibu dan bapakmu. Jangan engkau menghardik mereka dengan perkataan maupun perbuatan tercela.”

34. “Wahai anakku! Seandainya ibu bapakmu murka kepadamu karena kesalahan yang kau lakukan, maka marahnya ibu bapakmu ialah bagaikan baja bagi tanam-tanaman.” 

35. “Wahai anakku! Orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadah dan taat kepada Allah Swt., maka dia tawadhu’ kepada Allah Swt., dia akan lebih akrab kepada Allah Swt. dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepada Allah Swt.” 

36. “Wahai anakku! Seorang pendusta akan cepat hilang kehormatannya karena tidak dipercayai orang dan seorang yang telah rusak akhlaknya akan selalu memikirkan hal-hal yang tidak benar.”

37. “Wahai anakku! Seandainya ada sebutir biji sawi terpendam di dalam batu, niscaya tertangkap lembap jua oleh Tuhanmu Yang Maha Melihat, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, zahir maupun batin atau apa yang engkau sembunyikan di dalam dadamu.”

38. “Wahai anakku! Ketahuilah, memindahkan kerikil besar dari tempatnya semula itu lebih gampang daripada memberi pengertian kepada orang yang tidak mau mengerti.” 

39. “Wahai anakku! Engkau telah mencicipi betapa beratnya mengangkat kerikil besar dan besi yang amat berat, tetapi akan lebih berat lagi dari itu ialah bilamana engkau memiliki tetangga yang jahat.” 

40. “Wahai anakku! Aku pernah memindahkan batu-bata dan memikul besi, tetapi saya tidak pernah melihat sesuatu yang lebih berat daripada hutang.” 

41. “Wahai anakku! Jauhkan dirimu dari berhutang, karena bahu-membahu berhutang itu bisa menjadikan dirimu hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.” 

42. “Wahai anakku! Apakah tidak kau perhatikan, apa yang Allah bentangkan bagimu apa-apa yang ada di langit dan di bumi daripada kebaikan yang amat banyak?”

43. “Wahai anakku! Apa yang engkau nikmati di kehidupan ini karena karniaNya yang penuh keamanan, keimanan dan kebaikan yang melimpah ruah, di taman dunia yang subur mekar dengan bunga-bungaan serta tumbuhan yang berseri-seri.”

44. “Wahai anakku! Ambillah harta dunia sekadar keperluanmu saja dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk bekal akhiratmu.”

45. “Wahai anakku! Janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu disusahkan oleh dunia saja karena engkau diciptakan Allah Swt. bukanlah untuk dunia saja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada orang yang terpedaya dengan dunianya.”

46. “Wahai anakku! Jangan engkau buang dunia ini ke kawasan sampah karena nanti engkau akan menjadi pengemis yang menciptakan beban orang lain. Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia ini serta meneguk habis airnya karena bahu-membahu yang engkau makan dan pakai itu ialah tanah belaka.” 

47. “Wahai anakku! Tidak ada kebaikan bagimu untuk mempelajari apa yang belum kau tahu sedangkan kau belum bersedekah dengan apa yang kau tahu.” 

48. “Wahai anakku! Ingatlah dua masalah yaitu Allah Swt. dan mati, lupakan dua masalah lain yaitu kebaikanmu terhadap hak dirimu dan kebaikanmu terhadap orang lain.” 

49. “Wahai anakku! Kehinaan dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Swt. lebih mendekatkan diri daripada mulia dengan maksiat (perkara mengakibatkan dosa) kepada-Nya. Janganlah engkau undurkan melaksanakan taubat, alasannya ialah janjkematian datangnya tiba-tiba, sedang malaikat maut tidak memberitahukannya terlebih dulu.” 

50. “Wahai anakku! Sesungguhnya usang bersendirian itu sanggup memahami untuk berfikir dan usang berfikir itu ialah petunjuk jalan ke syurga.”. 

Demikianlah sahabat bacaan madani pesan Luqman al Hakim kepada anaknya. Karena begitu mulya fatwa dia sehingga Allah Swt. mengabadikannya dalam al-Quran. Jika ajaran-ajaran tersebut bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan menjadi orang yang mulai baik disisi insan maupun Allah Swt. Sumber Buku Akhlak Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel