Sejarah Singkat Kerajaan Demak (1478-1568) Dan Kerajaan Pajang (1568-1586)
Saturday, August 15, 2020
Edit
Kerajaan Demak (1478-1568)
Kerajaan Demak terletak di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di pesisir utara Jawa. Wilayah Demak sebelumnya merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit. Kerajaan ini tercatat menjadi pencetus penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Nusantara.
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478 M. Beliau merupakan putra Prabu Kertabumi, seorang raja Majapahit. Setelah tahta ayahnya jatuh ke tangan Girindra Wardhana dari Keling (Daha) dan Demak menjadi terancam, terjadilah peperangan antara Demak dan Majapahit yang dipimpin oleh Girindra Wardhana dan keturunannya, Prabu Udara, hingga tahun 1518 M.
Majapahit mengalami kekalahan dan sentra kekuasaan bergeser ke Demak. Sejak itu Demak berubah menjadi besar dan menguasai jalur perdagangan di Nusantara. Wilayah kekuasaan Demak cukup luas, mencakup kawasan sepanjang pantai utara Pulau Jawa, sedangkan kawasan pengaruhnya hingga ke Palembang, Jambi, Banjar dan Maluku.
Pada tahun 1518 M Raden Patah digantikan oleh putranya yang berjulukan Pati Unus. Sebelum menduduki tahta, Pati Unus pernah memimpin armada maritim Demak dalam menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1513 M. Namun, penyerangan itu gagal. Sekembalinya dari Malaka ia menerima gelar Pangeran Sabrang Lor.
Setelah Pati Unus naik tahta, ia tidak mencoba lagi menyerang Malaka. Ia tetap memperkuat pertahanan lautnya semoga Portugis tidak masuk ke Jawa. Sikap permusuhan Demak terhadap Portugis ternyata sangat merugikan Portugis dan Bandar Malaka sebab Demak tidak lagi mengirimkan barang-barang dagangannya ke Malaka. Para pedagang dari negara lain juga enggan tiba berdagang ke Bandar Malaka.
Kekuasaan Kerajaan Demak berakhir pada tahun 1568 M. Joko Tingkir memindahkan sentra pemerintahan dari Demak ke Pajang, dan di sana ia mendirikan Kerajaan Pajang.
Kerajaan Pajang (1568-1586)
Kerajaan Pajang ialah penerus dari kerajaan Demak. Kesultanan yang terletak di kawasan Kartasura kini itu merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak di kawasan pedalaman pulau Jawa. Sultan atau raja pertama kesultanan ini ialah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging, di lereng Gunung Merapi. Jaka Tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya. Kedudukannya yang disahkan oleh Sunan Giri, segera menerima pengukuhan dari adipati di seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur. Demak kemudian hanya menjadi kadipaten yang dipimpin oleh Arya Pangiri, putra Sunan Prawoto.
Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan diangkat menjadi bupati di Mataram (sekitar Kota Gede Yogyakarta) sebagai imbalan atas keberhasilannya menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya.
Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram, yang populer dengan nama Panembahan Senopati. Ternyata ia tidak puas menjadi bupati. Ia ingin menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa. Ia mulai memperkuat sistem pertahanan Mataram, baik dalamjumlah, kualitas prajurit maupun persenjataannya. Hadiwijaya yang mengetahui hal itu segera mengirimkan pasukannya ke Mataram.
Peperangan sengit terjadi pada tahun 1582 M. Namun, prajurit Pajang menderita kekalahan besar. Sultan Hadiwijaya menderita sakit dan karenanya wafat. Setelah itu, terjadilah kudeta di antara para bangsawan.
Pangeran Pangiri (menantu Hadiwijaya yang menjabat Bupati Demak) tiba menyerbu Pajang untuk merebut tahta. Hal itu ditentang keras olah para darah biru Pajang yang bekerja sama dengan Sutawijaya dari Mataram. Akhimya, Pangeran Pangiri beserta pengikutnya sanggup dikalahkan dan diusir dari Pajang.
Setelah suasana aman, Pangeran Benowo (putra Hadiwijaya) menyerahkan tahta kepada Sutawijaya. Sutawijaya kemudian memindahkan sentra pemerintahannya ke Mataram (1586 M.). Sejak itu berdirilah Kerajaan Mataram. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Sutawijaya kemudian bergelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama, sedangkan Pangeran Benowo diangkat menjadi bupati Pajang.
Demikianlah sobat bacaan madani ulasan perihal sejarah kerajaan Islam di Demak dan kerajaan Pajang. Dari sejarah tersebut sanggup kita pahami bahwa kerajaan Demak dan kerajaan Pajang mempunyai keterkaitan. Sumber Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Baca Juga :
Kerajaan Demak terletak di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di pesisir utara Jawa. Wilayah Demak sebelumnya merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit. Kerajaan ini tercatat menjadi pencetus penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Nusantara.
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478 M. Beliau merupakan putra Prabu Kertabumi, seorang raja Majapahit. Setelah tahta ayahnya jatuh ke tangan Girindra Wardhana dari Keling (Daha) dan Demak menjadi terancam, terjadilah peperangan antara Demak dan Majapahit yang dipimpin oleh Girindra Wardhana dan keturunannya, Prabu Udara, hingga tahun 1518 M.
Majapahit mengalami kekalahan dan sentra kekuasaan bergeser ke Demak. Sejak itu Demak berubah menjadi besar dan menguasai jalur perdagangan di Nusantara. Wilayah kekuasaan Demak cukup luas, mencakup kawasan sepanjang pantai utara Pulau Jawa, sedangkan kawasan pengaruhnya hingga ke Palembang, Jambi, Banjar dan Maluku.
Pada tahun 1518 M Raden Patah digantikan oleh putranya yang berjulukan Pati Unus. Sebelum menduduki tahta, Pati Unus pernah memimpin armada maritim Demak dalam menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1513 M. Namun, penyerangan itu gagal. Sekembalinya dari Malaka ia menerima gelar Pangeran Sabrang Lor.
Setelah Pati Unus naik tahta, ia tidak mencoba lagi menyerang Malaka. Ia tetap memperkuat pertahanan lautnya semoga Portugis tidak masuk ke Jawa. Sikap permusuhan Demak terhadap Portugis ternyata sangat merugikan Portugis dan Bandar Malaka sebab Demak tidak lagi mengirimkan barang-barang dagangannya ke Malaka. Para pedagang dari negara lain juga enggan tiba berdagang ke Bandar Malaka.
Kekuasaan Kerajaan Demak berakhir pada tahun 1568 M. Joko Tingkir memindahkan sentra pemerintahan dari Demak ke Pajang, dan di sana ia mendirikan Kerajaan Pajang.
Kerajaan Pajang (1568-1586)
Kerajaan Pajang ialah penerus dari kerajaan Demak. Kesultanan yang terletak di kawasan Kartasura kini itu merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak di kawasan pedalaman pulau Jawa. Sultan atau raja pertama kesultanan ini ialah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging, di lereng Gunung Merapi. Jaka Tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya. Kedudukannya yang disahkan oleh Sunan Giri, segera menerima pengukuhan dari adipati di seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur. Demak kemudian hanya menjadi kadipaten yang dipimpin oleh Arya Pangiri, putra Sunan Prawoto.
Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan diangkat menjadi bupati di Mataram (sekitar Kota Gede Yogyakarta) sebagai imbalan atas keberhasilannya menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya.
Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram, yang populer dengan nama Panembahan Senopati. Ternyata ia tidak puas menjadi bupati. Ia ingin menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa. Ia mulai memperkuat sistem pertahanan Mataram, baik dalamjumlah, kualitas prajurit maupun persenjataannya. Hadiwijaya yang mengetahui hal itu segera mengirimkan pasukannya ke Mataram.
Peperangan sengit terjadi pada tahun 1582 M. Namun, prajurit Pajang menderita kekalahan besar. Sultan Hadiwijaya menderita sakit dan karenanya wafat. Setelah itu, terjadilah kudeta di antara para bangsawan.
Pangeran Pangiri (menantu Hadiwijaya yang menjabat Bupati Demak) tiba menyerbu Pajang untuk merebut tahta. Hal itu ditentang keras olah para darah biru Pajang yang bekerja sama dengan Sutawijaya dari Mataram. Akhimya, Pangeran Pangiri beserta pengikutnya sanggup dikalahkan dan diusir dari Pajang.
Setelah suasana aman, Pangeran Benowo (putra Hadiwijaya) menyerahkan tahta kepada Sutawijaya. Sutawijaya kemudian memindahkan sentra pemerintahannya ke Mataram (1586 M.). Sejak itu berdirilah Kerajaan Mataram. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Sutawijaya kemudian bergelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama, sedangkan Pangeran Benowo diangkat menjadi bupati Pajang.
Demikianlah sobat bacaan madani ulasan perihal sejarah kerajaan Islam di Demak dan kerajaan Pajang. Dari sejarah tersebut sanggup kita pahami bahwa kerajaan Demak dan kerajaan Pajang mempunyai keterkaitan. Sumber Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Baca Juga :