Kandungan Al-Qur'an Surat Al-Ma’Idah: 56-57 Dan Surat At-Taubah: 71 Wacana Kepemimpinan

Al-Qur'an Surat Al-Ma’idah: 56-57.
وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ

"dan Barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka bekerjsama pengikut (agama) Allah Itulah yang niscaya menang." (QS. Al-Ma’idah: 56)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kau mengambil Makara pemimpinmu, orang-orang yang menciptakan agamamu Makara buah olok-olokan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). dan bertakwalah kepada Allah kalau kau betul-betul orangorang yang beriman." (QS. Al-Ma’idah: 57)

Memahami Isi Kandungan Qur'an Surat Al-Ma’idah: 56-57.
Ayat ini menjelaskan bahwa yang patut dijadikan sebagai pemimpin umat Islam ialah Allah, kemudian Rasul-Nya, dan orang beriman. Sebab orang mukminitu selalu berusaha menjalankan bimbingan Allah dan Rasul. Mereka itulah golongan (hizbun) yang dijamin memperoleh kemenangan.

Kemenangan yang dimaksud oleh ayat di atas ialah menang kebenaran dan menang keadilan. Bukan menang alasannya ialah mendapat kedudukan jabatan. Sebab dalam kenyataan, banyak orang yang mengkhiati amanah. Orang yang beriman akan menang dalam menghadapi segala tipudaya dan rayuan duniawi dari jabatan meskipun untuk itu mereka menderita.

Selanjutnya dalam ayat tersebut secara gamblang dijelaskan siapa saja yang patut dijadikan sebagai auliya’. Yakni orang-orang Yahudi, Nasrani, dan juga orang-orang munafik dan mereka yang ada penyakit di dalam jiwanya. Hal ini merupakan peringatan terhadap menjalin korelasi sejawat dengan musuhmush Islam baik dari kalangan kaum Ahli Kitab dan kaum musyrik alasannya ialah mereka ialah orang-orang yang senantiasa mengakibatkan syari’at Islam sebagai materi olok-olokan dan permainan.

Al-Qur'an Surat At-Taubah: 71.

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 71)

Memahami Isi Kandungan Qur'an Surat At-Taubah: 71.
Ayat ini berisi perihal perintah untuk menegakkan perbuatan makruf dan mencegah perbuatan yang mungkar. Perwujudan dari keimanan yang besar lengan berkuasa yaitu melaksanakan amar makruf nahi munkar. Orang yang beriman tidak pernah berhenti mengajak kebaikan kepada orang lain, dimanapun ia berada.

Begitu juga, hatinya orang beriman tidak akan pernah merasa nyaman kalau ada perbuatan munkar di sekelilingnya, ia akan berusaha untuk mencegah atau sekurangnya menghipnotis supaya tidak terjadi perbuatan munkar. Sebab kemunkaran akan mendatangkan malapetaka. Sebaliknya perbuatan yang makruf akan mengundang rahmat Allah Swt.

Tolok ukur kebaikan dan kemungkaran ialah syari’at dan kemaslahatan rakyat. Ini merupakan duduk perkara yang luas dari tuntutan rakyat pada penguasa, khususnya dalam mencegah kezaliman, tidak menerimanya atau bersabar atasnya.

Berbuat makruf dan mencegah kemungkaran merupakan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang disertai juga dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan yang dimaksud ialah ketaatan dalam menjalankan syariat, baik berupa perintah maupun larangan yang ditetapkan Allah Swt dan Rasul-Nya dalam Al Qur’an dan Sunnah.

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

"Sesungguhnya balasan oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya semoga rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. An Nur  : 51)

Seorang pemimpin juga harus menjalankan peribadatan dengan konsekwen dan membuatkan solidaritas sosial. Seorang pemimpin dengan penuh kesungguhan dan keinsyafan menghayati kehadiran Tuhan dalam hidup kesehariannya, maka tentu sanggup diharap bahwa keinsyafan itu akan memiliki efek pada tingkah laris dan pekertinya

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan bekerjsama mengingat Allah (shalat) ialah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kau kerjakan." (QS. Al Ankabut  : 45)

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal Kandungan Al-Qur'an Surat Al-Ma’idah: 56-57 dan Surat At-Taubah: 71 Tentang Kepemimpinan. Semoga pemimpin-pemimpin kita ialah orang yang amanah. Aamiin. Sumber Tafsir Ilmu Tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel