Kisah Bubuk Lahab Dan Istrinya Penentang Keras Dakwah Rasulullah Saw
Saturday, August 15, 2020
Edit
Nama yang bekerjsama dari Abu Lahab ialah Abdul-Uzza bin Abdul Muthalib. Tetapi dalam masyarakat Quraisy dia dikenal dengan panggilan Abu Lahab, sebab tampang mukanya yang berseri-seri, walaupun dia bermata juling. Abu Lahab ialah paman Nabi Muhammad Saw. saudara kandung ayahanda dia Abdullah bin Abdul Muthalib.
Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil ialah sepasang suami istri yang paling benci kepada Rasulullah Saw., dan selalu menentang acara da'wahnya.
Rubai’ah bin Ubbad Addailu mengatkan,
“Saya masih seorang cowok saat pada suatu hari bersama ayah melihat Rasulullah Saw. mendatangi banyak sekali kabilah Arab diikuti oleh seorang yang bermata juling, tetapi berwajah cerah berseri. Setiap Rasulullah Saw. berada dalam lingkungan satu kabilah, dia berseru:
"Hai Bani Fulan! Sesunguhnya saya ini utusan Allah kepada saudara-saudara sekalian. Saya serukan supaya saudara-saudara menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya dengan apapun juga. Percayalah dan jagalah saya, sehingga saya sanggup melakukan kiprah yang dibebankan Alalh atas diri saya". “Setiap belaiu selesai berbicara, orang yang dibelakang dia berkata:
“Hai Bani Fulan! Orang ini menghendaki supaya kau sekalian meninggalkan penyembahan kepada berhala Latta dan Uzza dan jin-jin Bani Malik bin Aqmas yang menjadi sekutu kamu, berganti dengan penyembahan bid’ah dan kesesatan’ oleh sebab itu janganlah kau turuti omongannya!”
Saya (Rubai’ah) bertanya kepada ayah,”Siapa orang itu?”
“Paman dia sendiri, Abu Lahab, “jawab ayah. Itulah salah satu cara Abu Lahab menganggu Rasulullah Saw. dalam acara dakwahnya. Sedangkan istrinya berjulukan Arwa binti Harb atau yang lebih dikenal dengan panggilan Ummu Jamil ialah pembantu dan pendorongnya dalam perbuatan terkutuk ini.
Sikap dan tindakan Abu Lahab terhadap Rasulullah Saw. ibarat itu sudah dilakukan semenjak awal mula dia berdakwah. Menurut Ibnu Abbas, pada suatu hari Rasulullah Saw. pergi ke Batha, kemudian dia naik ke atas gunung dan berseru,”Shubuh!” Seketika itu orang-orang Quraisy berkumpul di sekeliling dia kemudian bertanya , “Bagaiman bila saya katakan ada musuh yang akan menyerang saudara-saudara pagi atau sore ini, apakah saudara-saudara mau percaya?”
Mereka menjawab, “Ya!”
Sabda beliau: “Saya peringatkan saudara-saudara bahwa muka saya tersedia siksaan yang berat.” (Maksud Rasulullah ialah bahaya siksa neraka bila mereka tidak beriman).
Abu Lahab eksklusif bertanya dengan nada membantah, “Untuk inikah engkau mengumpulkan kami? Celakalah engkau!”
Menurut riwayat lain, saat itu Abu Lahab bangun sambil mengacungkan tangannya dan berkata,
“Celakalah engkau seterusnya! Untuk inikah engkau mengumpulkan kami? Celakalah engkau!”
Ketika itu turunlah QS. al-Lahab :1-5 yang berbunyi:
Artinya: "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa, tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak ia akan masuk dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut." (QS. al-Lahab:1-5)
Ummu Jamil memang hampir tidak pernah berbicara dalam usahanya mencelakakan Nabi Saw. Dia suka membawa dahan-dahan kayu berduri untuk ditebar di jalan yang biasa dilalui Rasulullah Saw., ada juga yang menafsirkan bahwa kalimat suka membawa kayu bakar itu bahasa kiasan yang dimaksudnya ialah penyebar fitnah dan berkelahi domba’
Seluruh anggota keluarga Bani Hasyim di bawah pimpinan Abu Thalib bersepakat untuk menjaga keselamatan Rasulullah Saw., walaupun mereka tidak beriman dan hanya fanatisme kekeluargaan, Abu Lahab sebaliknya, dia malah bersekutu dengan orang-orang Quraisy lainnya menentang Bani Hasyim.
Bahkan Abu Lahab ikut menandatangani perjanjian tertulis bersama orang-orang Quraisy untuk mengucilkan Bani Hasyim dan memboikot mereka dengan materi makanan. Tujuannya ialah supaya mereka bersedia menyerahkan Muhammad kepada orang-orang Quraisy untuk “diadili”.
Baca Juga :
Sebenarnya, sebelum Muhammad Saw. diangkat menjadi rasul, Abu Lahab pernah menikahkan kedua anak laki-lakinya dengan putri Nabi Saw. yaitu Ruqayah dan Ummu Kultsum. Tetapi sehabis dia diangkat menjadi rasul, Abu Lahab memerintahkan kepada kedua anaknya supaya tetapkan korelasi dengan Ruqayah dan Ummu Kalsum, sehinga Muhammad Saw. sebagai orang renta merasa terpukul karenanya.
Menurut Ibnu Ishak, saat istri Abu Lahab mendengar surat al-Lahab perihal dirinya serta suaminya, kemudian dia tiba dengan segenggam kerikil kepada Rasulullah Saw. yang sedang duduk di samping Ka’bah ditemani oleh Abu Bakar Ra.
Ketika dia sudah erat kepada Nabi Saw., Allah Swt. membutakan matanya sehingga tidak sanggup melihat Nabi Saw. dan hanya melihat Abu Bakar Ra. saja. Dengan kesal dia bertanya, “Abu Bakar! Mana temanmu itu? Saya dengan dia mengejek saya. Demi Allah, bila saja saya ketemu dia, akan kupukul dia dengan kerikil ini! Demi Allah, saya juga seorang penyair!” kemudian dia bersyair:
Artinya: “Aku durhakan kepada pencela dan saya tidak mau agamanya”.Setelah Umu Jamil pergi, Abu Bakar Ra. bertanya kepada Nabi, “ Rasulullah apakah tuan melihat dia saat tidak melihat Tuan?” Jawab Rasulullah Saw, “Dia tidak melihat saya tetapi Allah telah memalingkan matanya dari saya”.
Demikianlah sahabat bacaan madani kisah Abu Lahab dan istrinya terus menerus menentang keras dengan banyak sekali cara terhadap dakwa Rasulullah Saw. dan tanpa mengingat korelasi persaudaraan dan kekeluargaan sama sekali. Kebetulan juga rumah Abu Lahab itu berdekatan dengan rumah Rasulullah Saw., sehingga hal itu menimbulkan gangguan Abu Lahab makin terasa.
Akan tetapi jadinya Abu Lahab harus mendapatkan eksekusi Allah Swt. di dunia sebagaimana tersebut dalam Sura Al-Lahab, tanpa sanggup dibela dengan harta dan anak-anaknya. Sedangkan di darul abadi dia dan istrinya dinantikan oleh siksa neraka jahanam. Sumber Buku Akhlak Kementerian Agama Republik Indonesia. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com biar bermanfaat. Aamiin.
Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil ialah sepasang suami istri yang paling benci kepada Rasulullah Saw., dan selalu menentang acara da'wahnya.
Rubai’ah bin Ubbad Addailu mengatkan,
“Saya masih seorang cowok saat pada suatu hari bersama ayah melihat Rasulullah Saw. mendatangi banyak sekali kabilah Arab diikuti oleh seorang yang bermata juling, tetapi berwajah cerah berseri. Setiap Rasulullah Saw. berada dalam lingkungan satu kabilah, dia berseru:
"Hai Bani Fulan! Sesunguhnya saya ini utusan Allah kepada saudara-saudara sekalian. Saya serukan supaya saudara-saudara menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya dengan apapun juga. Percayalah dan jagalah saya, sehingga saya sanggup melakukan kiprah yang dibebankan Alalh atas diri saya". “Setiap belaiu selesai berbicara, orang yang dibelakang dia berkata:
“Hai Bani Fulan! Orang ini menghendaki supaya kau sekalian meninggalkan penyembahan kepada berhala Latta dan Uzza dan jin-jin Bani Malik bin Aqmas yang menjadi sekutu kamu, berganti dengan penyembahan bid’ah dan kesesatan’ oleh sebab itu janganlah kau turuti omongannya!”
Saya (Rubai’ah) bertanya kepada ayah,”Siapa orang itu?”
“Paman dia sendiri, Abu Lahab, “jawab ayah. Itulah salah satu cara Abu Lahab menganggu Rasulullah Saw. dalam acara dakwahnya. Sedangkan istrinya berjulukan Arwa binti Harb atau yang lebih dikenal dengan panggilan Ummu Jamil ialah pembantu dan pendorongnya dalam perbuatan terkutuk ini.
Sikap dan tindakan Abu Lahab terhadap Rasulullah Saw. ibarat itu sudah dilakukan semenjak awal mula dia berdakwah. Menurut Ibnu Abbas, pada suatu hari Rasulullah Saw. pergi ke Batha, kemudian dia naik ke atas gunung dan berseru,”Shubuh!” Seketika itu orang-orang Quraisy berkumpul di sekeliling dia kemudian bertanya , “Bagaiman bila saya katakan ada musuh yang akan menyerang saudara-saudara pagi atau sore ini, apakah saudara-saudara mau percaya?”
Mereka menjawab, “Ya!”
Sabda beliau: “Saya peringatkan saudara-saudara bahwa muka saya tersedia siksaan yang berat.” (Maksud Rasulullah ialah bahaya siksa neraka bila mereka tidak beriman).
Abu Lahab eksklusif bertanya dengan nada membantah, “Untuk inikah engkau mengumpulkan kami? Celakalah engkau!”
Menurut riwayat lain, saat itu Abu Lahab bangun sambil mengacungkan tangannya dan berkata,
“Celakalah engkau seterusnya! Untuk inikah engkau mengumpulkan kami? Celakalah engkau!”
Ketika itu turunlah QS. al-Lahab :1-5 yang berbunyi:
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ . مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ . سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ . وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ . فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
Artinya: "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa, tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak ia akan masuk dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut." (QS. al-Lahab:1-5)
Ummu Jamil memang hampir tidak pernah berbicara dalam usahanya mencelakakan Nabi Saw. Dia suka membawa dahan-dahan kayu berduri untuk ditebar di jalan yang biasa dilalui Rasulullah Saw., ada juga yang menafsirkan bahwa kalimat suka membawa kayu bakar itu bahasa kiasan yang dimaksudnya ialah penyebar fitnah dan berkelahi domba’
Seluruh anggota keluarga Bani Hasyim di bawah pimpinan Abu Thalib bersepakat untuk menjaga keselamatan Rasulullah Saw., walaupun mereka tidak beriman dan hanya fanatisme kekeluargaan, Abu Lahab sebaliknya, dia malah bersekutu dengan orang-orang Quraisy lainnya menentang Bani Hasyim.
Bahkan Abu Lahab ikut menandatangani perjanjian tertulis bersama orang-orang Quraisy untuk mengucilkan Bani Hasyim dan memboikot mereka dengan materi makanan. Tujuannya ialah supaya mereka bersedia menyerahkan Muhammad kepada orang-orang Quraisy untuk “diadili”.
Baca Juga :
- Hikmah Kisah Perilaku Tercela dari Abu Lahab dan Istrinya
- Perilaku Tercela Abu Lahab dan Istrinya Serta Menghindari Perilaku Tercela Abu Lahab
Sebenarnya, sebelum Muhammad Saw. diangkat menjadi rasul, Abu Lahab pernah menikahkan kedua anak laki-lakinya dengan putri Nabi Saw. yaitu Ruqayah dan Ummu Kultsum. Tetapi sehabis dia diangkat menjadi rasul, Abu Lahab memerintahkan kepada kedua anaknya supaya tetapkan korelasi dengan Ruqayah dan Ummu Kalsum, sehinga Muhammad Saw. sebagai orang renta merasa terpukul karenanya.
Menurut Ibnu Ishak, saat istri Abu Lahab mendengar surat al-Lahab perihal dirinya serta suaminya, kemudian dia tiba dengan segenggam kerikil kepada Rasulullah Saw. yang sedang duduk di samping Ka’bah ditemani oleh Abu Bakar Ra.
Ketika dia sudah erat kepada Nabi Saw., Allah Swt. membutakan matanya sehingga tidak sanggup melihat Nabi Saw. dan hanya melihat Abu Bakar Ra. saja. Dengan kesal dia bertanya, “Abu Bakar! Mana temanmu itu? Saya dengan dia mengejek saya. Demi Allah, bila saja saya ketemu dia, akan kupukul dia dengan kerikil ini! Demi Allah, saya juga seorang penyair!” kemudian dia bersyair:
Artinya: “Aku durhakan kepada pencela dan saya tidak mau agamanya”.Setelah Umu Jamil pergi, Abu Bakar Ra. bertanya kepada Nabi, “ Rasulullah apakah tuan melihat dia saat tidak melihat Tuan?” Jawab Rasulullah Saw, “Dia tidak melihat saya tetapi Allah telah memalingkan matanya dari saya”.
Demikianlah sahabat bacaan madani kisah Abu Lahab dan istrinya terus menerus menentang keras dengan banyak sekali cara terhadap dakwa Rasulullah Saw. dan tanpa mengingat korelasi persaudaraan dan kekeluargaan sama sekali. Kebetulan juga rumah Abu Lahab itu berdekatan dengan rumah Rasulullah Saw., sehingga hal itu menimbulkan gangguan Abu Lahab makin terasa.
Akan tetapi jadinya Abu Lahab harus mendapatkan eksekusi Allah Swt. di dunia sebagaimana tersebut dalam Sura Al-Lahab, tanpa sanggup dibela dengan harta dan anak-anaknya. Sedangkan di darul abadi dia dan istrinya dinantikan oleh siksa neraka jahanam. Sumber Buku Akhlak Kementerian Agama Republik Indonesia. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com biar bermanfaat. Aamiin.