6 Isi Pokok Kandungan Al-Qur’An
Friday, August 14, 2020
Edit
Al-Qur’an ialah kitab suci yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Rasulullah Saw melalui mediator malaikat Jibril untuk disampaikan kepada insan sebagai petunjuk dan pedoman hidup.
Al-Qur'an tidak turun secara sekaligus dalam satu waktu melainkan berangsur-angsur supaya meneguhkan diri Rasul. Menurut sebagian ulama, ayat-ayat al-Qur'an turun secara berangsur-angsur dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari; dan ada pula sebagian ulama lain yang beropini bahwa Al-Qur'an diwahyukan secara sedikit demi sedikit dalam kurun waktu 23 tahun (dimulai pada 22 Desember 603 M).
Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah yang membentuk penggolongan surah Makkiyah dan surah Madaniyah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah dan surah-surah yang turun pada waktu ini tergolong surah Makkiyyah.
Sementara periode Madinah yang dimulai semenjak kejadian hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surah yang turun pada kurun waktu ini disebut surah Madaniyah.
Isi kandungan al-Qur’an itu selanjutnya sanggup digali dan dikembangkan menjadi banyak sekali bidang. Dalam kepingan ini akan diuraikan isi kandungan al-Qur’an secara garis besar yaitu mencakup :
1. Akidah.
Secara etimologi doktrin berarti kepercayaan atau keyakinan. Bentuk jamak Akidah (‘Aqidah) ialah aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah keimanan. Orang yang berakidah berarti orang yang beriman (Mukmin). Akidah secara terminologi didefinisikan sebagai suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan dengan ekspresi dan dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan.
Akidah Islam ialah keyakinan menurut anutan Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadis. Seorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya cukup mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus menyatakannya dengan ekspresi dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal shalih) dalam kehidupannya sehari-hari.
Inti pokok anutan doktrin ialah problem tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah Maha Esa. Setiap Muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang yang tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah Swt. berarti ia kagir, dan apabila meyakini adanya Tuhan selain Allah Swt. dinamakan musyrik.
Dalam doktrin Islam, di samping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah Swt. itu Esa, juga ada kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Tidak dibenarkan apabila seseorang yang mengaku berakidah/beriman apabila dia hanya mengimani Allah saja, atau meyakini sebagian dari rukun iman saja.
Rukun iman yang wajib diyakini tersebut adalah: iman kepada Allah Swt., iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah Swt., iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt., iman kepada hari akhir, dan iman kepada Qadla’ dan Qadar.
Al-Qur’an banyak menjelaskan perihal pokok-pokok anutan doktrin yang terkandung di dalamnya, di antaranya ialah sebagai berikut :
"Katakanlah (Muhammad saw.), ”Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah Swt. daerah meminta segala sesuatu. (Allah Swt.) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. al-Ikhlas: 1-4)
“Rasul (Muhammad saw.) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (alQur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), ”Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, ”Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu daerah (kami) kembali.” (QS. al-Baqarah : 285)
2. Ibadah dan Muamalah.
Ibadah berasal dari kata ‘Abada artinya mengabdi atau menyembah. Yang dimaksud ibadah ialah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah Swt. dengan tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin terhadap kebesaran Allah Swt., sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karena keyakinan bahwa Allah Swt. mempunyai kekuasaan mutlak.
Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan insan tidak lain ialah untuk beribadah kepada Allah Swt. Firman Allah Swt.:
“Aku tidak membuat jin dan insan melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat : 56)
Manusia harus menyadari bahwa dirinya ada lantaran diciptakan oleh Allah Swt., oleh alasannya ialah itu insan harus sadar bahwa dia membutuhkan Allah Swt. Dan kebutuhan terhadap Allah Swt. itu diwujudkan dengan bentuk beribadah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya insan menyembah dan meminta pertolongan. Sebagaimana ¿rman Allah Swt.:
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. al-Fatihah : 5)
Ibadah sanggup dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : ibadah mahdah dan ghairu mahdah. Ibadah mahdah artinya ibadah khusus yang tata caranya sudah ditentukan, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdah artinya ibadah yang bersifat umum, tata caranya tidak ditentukan secara khusus, yang bertujuan untuk mencari ridha Allah Swt., misalnya: silaturrahim, bekerja mencari rizki yang halal diniati ibadah, berguru untuk menuntut ilmu, dan sebagainya.
Selain beribadah kepada Allah Swt. lantaran kesadaran insan sebagai makhluk ciptaan Allah Swt., insan juga mempunyai kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama insan lainnya.
Maka al-Qur’an tidak hanya menawarkan anutan perihal ibadah sebagai wujud kebutuhan insan terhadap Allah Swt. tetapi juga mengatur bagaimana memenuhi kebutuhan lain insan dengan hubungannya dalam kehidupan. (Misalnya: sillaturrahim, jual beli, hutang piutang, sewa menyewa, dan acara lain dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan dalam kekerabatan antar insan ini disebut dengan mu’amalah.
Dalam al-Qur’an banyak ditemukan anutan perihal tata cara bermu’amalah, antara lain:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kau melaksanakan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kau menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kau menuliskannya dengan benar....” (QS. al-Baqarah : 282)
3. Akhlak.
Akhlak ditinjau dari segi etimologi yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau budi pekerti. Dalam pengertian terminologis, watak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa insan yang muncul impulsif dalam tingkah laris hidup sehari-hari.
Dalam konsep bahasa Indonesia, watak semakna dengan istilah etika atau moral. Akhlak merupakan satu fundamen penting dalam anutan Islam, sehingga Rasulullah saw. menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan diutusnya dia ialah untuk memperbaiki dan menyempurnakan watak mulia.
Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah saw. bersabda: “Bahwasanya saya diutus untuk menyempurnakan watak yang baik." (HR. Ahmad)
Nabi Muhammad saw. ialah model dan suri tauladan bagi umat dalam bertingkah laris dengan watak mulia (karimah). Al-Qur’an merupakan sumber anutan perihal watak mulia itu. Dan dia merupakan insan yang sanggup menerapkan anutan watak dari al-Qur’an tersebut menjadi kepribadian beliau. Sehingga wajarlah ketika Aisyah Ra. ditanya oleh seorang sahabat perihal watak beliau, kemudian Aisyah ra. menjawab dengan menyatakan ialah dia watak (al-Qur’an).
Ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan perihal anutan watak Nabi Muhammad saw. antara lain ialah :
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah Swt.” (QS. al-Ahzab : 21)
4. Hukum.
Hukum sebagai salah satu isi pokok anutan al-Qur’an berisi kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. Tujuannya ialah untuk menawarkan pedoman kepada umat insan supaya kehidupannya menjadi adil, aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di darul abadi kelak.
Sebagai sumber aturan anutan Islam, al-Qur’an banyak menawarkan ketentuan-ketentuan aturan yang harus dijadikan pedoman dalam tetapkan aturan baik secara global (mujmal) maupun terperinci (tafsil). Beberapa ayat-ayat alQur’an yang berisi ketentuan aturan antara lain ialah :
“Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad saw.) membawa kebenaran, supaya engkau mengadili antara insan dengan apa yang telah diajarkan Allah Swt. kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), lantaran (membela) orang yang berkhianat.” (QS. an-Nisa’ : 105)
Ketentuan-ketentuan aturan lain yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an ialah mencakup :
a. Hukum perkawinan, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 221; QS. al-Maidah : 5; QS.an-Nisa’ : 22-24; QS.an-Nur : 2; QS. alMumtahanah :10-11.
b. Hukum waris, antara lain dijelaskan dalam QS. an-Nisa’ : 7-12 dan 176, QS. al-Baqarah :180; QS. al-Maidah :106
c. Hukum perjanjian, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 279, 280 dan 282; QS. al-Anfal : 56 dan 58; QS. at-Taubah : 4
d. Hukum pidana, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 178; QS. anNisa’ : 92 dan 93; QS. al-Maidah : 38; QS. Yanus : 27; QS. al-Isra’ : 33; QS. asy-Syu’ara : 40
e. Hukum perang, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 190-193; QS. al-Anfal : 39 dan 41; QS. at-Taubah : 5,29 dan 123, QS. al-Hajj : 39 dan 40
f. Hukum antarbangsa, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Hujurat : 13
5. Sejarah / Kisah Umat Masa Lalu.
Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak menjelaskan perihal sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan hanya sekedar dongeng atau dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. Ibrah tersebut kemudian sanggup dijadikan sanggup menjadi petunjuk untuk sanggup menjalani kehidupan supaya senantiasa sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah Swt.
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (al-Qur’an) itu bukanlah dongeng yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yusuf : 111)
Al-Qur’an telah banyak menggambarkan umat-umat terdahulu baik yang iman dan taat kepada Allah Swt. maupun yang ingkar dan ma’siat kepada-Nya. Diharapkan dengan memperhatikan kisah umat terdahulu, umat Islam sanggup mencontoh umat-umat yang taat kepada Allah Swt. dan menghindari perbuatan ma’siat kepada-Nya.
Bagi umat yang beriman dan taat kepada Allah Swt., Allah Swt. telah menawarkan kebaikan dan keberkahan dalam hidup mereka, sebaliknya bagi yang ingkar dan ma’siat kepada-Nya, Allah Swt. telah menawarkan azab-Nya.
“Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan para rasul. Kami tenggelamkam mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih; Dan (telah Kami binasakan) kaum ‘Ad dan Samód dan penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu. Dan masing-masing telah Kami jadikan perumpamaan dan masing-masing telah Kami hancurkan sehancur-hancurnya.” (QS. al-Furqan: 37-39)
6. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi.
Al-Qur’an ialah kitab suci ilmiah. Banyak ayat yang menawarkan isyaratisyarat ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat potensial untuk kemudian sanggup dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia. Allah Swt. yang Maha memberi ilmu telah mengajarkan kepada umat insan untuk sanggup menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.
-Qur’an menekankan betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu diisyaratkan pada dikala ayat al-Qur’an untuk pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yaitu QS. al-‘Alaq: 1-5
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, . Dia telah membuat insan dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan insan apa yang tidak diketahuinya." (QS. al-‘Alaq : 1-5)
Ayat yang pertama kali diturunkan tersebut diawali dengan perintah untuk membaca. Membaca ialah satu faktor terpenting dalam proses berguru untuk menguasai suatu ilmu pengetahuan. Ini mengindikasikan bahwa al-Qur’an menekankan betapa pentingnya membaca dalam upaya mencari dan menguasai ilmu pengetahuan.
Ayat lain yang berisi dorongan untuk menguasai ilmu pengetahuan juga dijelaskan dalam QS. al-Mujadalah ayat 11.
"Hai orang-orang beriman apabila kau dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah pasti Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, pasti Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kau kerjakan." (QS. al-Mujadalah : 11)
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal 6 Pokok Isi Kandungan Al-Qur’an. Semoga kita selalu sanggup mengamalkan Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin. Sumber, Al-Qur’an Hadits, Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Al-Qur'an tidak turun secara sekaligus dalam satu waktu melainkan berangsur-angsur supaya meneguhkan diri Rasul. Menurut sebagian ulama, ayat-ayat al-Qur'an turun secara berangsur-angsur dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari; dan ada pula sebagian ulama lain yang beropini bahwa Al-Qur'an diwahyukan secara sedikit demi sedikit dalam kurun waktu 23 tahun (dimulai pada 22 Desember 603 M).
Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah yang membentuk penggolongan surah Makkiyah dan surah Madaniyah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah dan surah-surah yang turun pada waktu ini tergolong surah Makkiyyah.
Sementara periode Madinah yang dimulai semenjak kejadian hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surah yang turun pada kurun waktu ini disebut surah Madaniyah.
Isi kandungan al-Qur’an itu selanjutnya sanggup digali dan dikembangkan menjadi banyak sekali bidang. Dalam kepingan ini akan diuraikan isi kandungan al-Qur’an secara garis besar yaitu mencakup :
1. Akidah.
Secara etimologi doktrin berarti kepercayaan atau keyakinan. Bentuk jamak Akidah (‘Aqidah) ialah aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah keimanan. Orang yang berakidah berarti orang yang beriman (Mukmin). Akidah secara terminologi didefinisikan sebagai suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan dengan ekspresi dan dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan.
Akidah Islam ialah keyakinan menurut anutan Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadis. Seorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya cukup mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus menyatakannya dengan ekspresi dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal shalih) dalam kehidupannya sehari-hari.
Inti pokok anutan doktrin ialah problem tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah Maha Esa. Setiap Muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang yang tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah Swt. berarti ia kagir, dan apabila meyakini adanya Tuhan selain Allah Swt. dinamakan musyrik.
Dalam doktrin Islam, di samping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah Swt. itu Esa, juga ada kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Tidak dibenarkan apabila seseorang yang mengaku berakidah/beriman apabila dia hanya mengimani Allah saja, atau meyakini sebagian dari rukun iman saja.
Rukun iman yang wajib diyakini tersebut adalah: iman kepada Allah Swt., iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah Swt., iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt., iman kepada hari akhir, dan iman kepada Qadla’ dan Qadar.
Al-Qur’an banyak menjelaskan perihal pokok-pokok anutan doktrin yang terkandung di dalamnya, di antaranya ialah sebagai berikut :
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ . اللَّهُ الصَّمَدُ . لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ . وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
"Katakanlah (Muhammad saw.), ”Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah Swt. daerah meminta segala sesuatu. (Allah Swt.) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. al-Ikhlas: 1-4)
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“Rasul (Muhammad saw.) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (alQur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), ”Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, ”Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu daerah (kami) kembali.” (QS. al-Baqarah : 285)
2. Ibadah dan Muamalah.
Ibadah berasal dari kata ‘Abada artinya mengabdi atau menyembah. Yang dimaksud ibadah ialah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah Swt. dengan tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin terhadap kebesaran Allah Swt., sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karena keyakinan bahwa Allah Swt. mempunyai kekuasaan mutlak.
Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan insan tidak lain ialah untuk beribadah kepada Allah Swt. Firman Allah Swt.:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Aku tidak membuat jin dan insan melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat : 56)
Manusia harus menyadari bahwa dirinya ada lantaran diciptakan oleh Allah Swt., oleh alasannya ialah itu insan harus sadar bahwa dia membutuhkan Allah Swt. Dan kebutuhan terhadap Allah Swt. itu diwujudkan dengan bentuk beribadah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya insan menyembah dan meminta pertolongan. Sebagaimana ¿rman Allah Swt.:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. al-Fatihah : 5)
Ibadah sanggup dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : ibadah mahdah dan ghairu mahdah. Ibadah mahdah artinya ibadah khusus yang tata caranya sudah ditentukan, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdah artinya ibadah yang bersifat umum, tata caranya tidak ditentukan secara khusus, yang bertujuan untuk mencari ridha Allah Swt., misalnya: silaturrahim, bekerja mencari rizki yang halal diniati ibadah, berguru untuk menuntut ilmu, dan sebagainya.
Selain beribadah kepada Allah Swt. lantaran kesadaran insan sebagai makhluk ciptaan Allah Swt., insan juga mempunyai kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama insan lainnya.
Maka al-Qur’an tidak hanya menawarkan anutan perihal ibadah sebagai wujud kebutuhan insan terhadap Allah Swt. tetapi juga mengatur bagaimana memenuhi kebutuhan lain insan dengan hubungannya dalam kehidupan. (Misalnya: sillaturrahim, jual beli, hutang piutang, sewa menyewa, dan acara lain dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan dalam kekerabatan antar insan ini disebut dengan mu’amalah.
Dalam al-Qur’an banyak ditemukan anutan perihal tata cara bermu’amalah, antara lain:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ ۚ وَلْيَكْتُبْ بَيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kau melaksanakan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kau menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kau menuliskannya dengan benar....” (QS. al-Baqarah : 282)
3. Akhlak.
Akhlak ditinjau dari segi etimologi yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau budi pekerti. Dalam pengertian terminologis, watak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa insan yang muncul impulsif dalam tingkah laris hidup sehari-hari.
Dalam konsep bahasa Indonesia, watak semakna dengan istilah etika atau moral. Akhlak merupakan satu fundamen penting dalam anutan Islam, sehingga Rasulullah saw. menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan diutusnya dia ialah untuk memperbaiki dan menyempurnakan watak mulia.
Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah saw. bersabda: “Bahwasanya saya diutus untuk menyempurnakan watak yang baik." (HR. Ahmad)
Nabi Muhammad saw. ialah model dan suri tauladan bagi umat dalam bertingkah laris dengan watak mulia (karimah). Al-Qur’an merupakan sumber anutan perihal watak mulia itu. Dan dia merupakan insan yang sanggup menerapkan anutan watak dari al-Qur’an tersebut menjadi kepribadian beliau. Sehingga wajarlah ketika Aisyah Ra. ditanya oleh seorang sahabat perihal watak beliau, kemudian Aisyah ra. menjawab dengan menyatakan ialah dia watak (al-Qur’an).
Ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan perihal anutan watak Nabi Muhammad saw. antara lain ialah :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah Swt.” (QS. al-Ahzab : 21)
4. Hukum.
Hukum sebagai salah satu isi pokok anutan al-Qur’an berisi kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. Tujuannya ialah untuk menawarkan pedoman kepada umat insan supaya kehidupannya menjadi adil, aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di darul abadi kelak.
Sebagai sumber aturan anutan Islam, al-Qur’an banyak menawarkan ketentuan-ketentuan aturan yang harus dijadikan pedoman dalam tetapkan aturan baik secara global (mujmal) maupun terperinci (tafsil). Beberapa ayat-ayat alQur’an yang berisi ketentuan aturan antara lain ialah :
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ ۚ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا
“Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad saw.) membawa kebenaran, supaya engkau mengadili antara insan dengan apa yang telah diajarkan Allah Swt. kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), lantaran (membela) orang yang berkhianat.” (QS. an-Nisa’ : 105)
Ketentuan-ketentuan aturan lain yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an ialah mencakup :
a. Hukum perkawinan, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 221; QS. al-Maidah : 5; QS.an-Nisa’ : 22-24; QS.an-Nur : 2; QS. alMumtahanah :10-11.
b. Hukum waris, antara lain dijelaskan dalam QS. an-Nisa’ : 7-12 dan 176, QS. al-Baqarah :180; QS. al-Maidah :106
c. Hukum perjanjian, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 279, 280 dan 282; QS. al-Anfal : 56 dan 58; QS. at-Taubah : 4
d. Hukum pidana, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 178; QS. anNisa’ : 92 dan 93; QS. al-Maidah : 38; QS. Yanus : 27; QS. al-Isra’ : 33; QS. asy-Syu’ara : 40
e. Hukum perang, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 190-193; QS. al-Anfal : 39 dan 41; QS. at-Taubah : 5,29 dan 123, QS. al-Hajj : 39 dan 40
f. Hukum antarbangsa, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Hujurat : 13
5. Sejarah / Kisah Umat Masa Lalu.
Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak menjelaskan perihal sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan hanya sekedar dongeng atau dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. Ibrah tersebut kemudian sanggup dijadikan sanggup menjadi petunjuk untuk sanggup menjalani kehidupan supaya senantiasa sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah Swt.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (al-Qur’an) itu bukanlah dongeng yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yusuf : 111)
Al-Qur’an telah banyak menggambarkan umat-umat terdahulu baik yang iman dan taat kepada Allah Swt. maupun yang ingkar dan ma’siat kepada-Nya. Diharapkan dengan memperhatikan kisah umat terdahulu, umat Islam sanggup mencontoh umat-umat yang taat kepada Allah Swt. dan menghindari perbuatan ma’siat kepada-Nya.
Bagi umat yang beriman dan taat kepada Allah Swt., Allah Swt. telah menawarkan kebaikan dan keberkahan dalam hidup mereka, sebaliknya bagi yang ingkar dan ma’siat kepada-Nya, Allah Swt. telah menawarkan azab-Nya.
وَقَوْمَ نُوحٍ لَمَّا كَذَّبُوا الرُّسُلَ أَغْرَقْنَاهُمْ وَجَعَلْنَاهُمْ لِلنَّاسِ آيَةً ۖ وَأَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ عَذَابًا أَلِيمًا . وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَقُرُونًا بَيْنَ ذَٰلِكَ كَثِيرًا . وَكُلًّا ضَرَبْنَا لَهُ الْأَمْثَالَ ۖ وَكُلًّا تَبَّرْنَا تَتْبِيرًا
“Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan para rasul. Kami tenggelamkam mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih; Dan (telah Kami binasakan) kaum ‘Ad dan Samód dan penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu. Dan masing-masing telah Kami jadikan perumpamaan dan masing-masing telah Kami hancurkan sehancur-hancurnya.” (QS. al-Furqan: 37-39)
6. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi.
Al-Qur’an ialah kitab suci ilmiah. Banyak ayat yang menawarkan isyaratisyarat ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat potensial untuk kemudian sanggup dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia. Allah Swt. yang Maha memberi ilmu telah mengajarkan kepada umat insan untuk sanggup menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.
-Qur’an menekankan betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu diisyaratkan pada dikala ayat al-Qur’an untuk pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yaitu QS. al-‘Alaq: 1-5
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ . خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ . اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ . الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ . عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, . Dia telah membuat insan dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan insan apa yang tidak diketahuinya." (QS. al-‘Alaq : 1-5)
Ayat yang pertama kali diturunkan tersebut diawali dengan perintah untuk membaca. Membaca ialah satu faktor terpenting dalam proses berguru untuk menguasai suatu ilmu pengetahuan. Ini mengindikasikan bahwa al-Qur’an menekankan betapa pentingnya membaca dalam upaya mencari dan menguasai ilmu pengetahuan.
Ayat lain yang berisi dorongan untuk menguasai ilmu pengetahuan juga dijelaskan dalam QS. al-Mujadalah ayat 11.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
"Hai orang-orang beriman apabila kau dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah pasti Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, pasti Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kau kerjakan." (QS. al-Mujadalah : 11)
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal 6 Pokok Isi Kandungan Al-Qur’an. Semoga kita selalu sanggup mengamalkan Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin. Sumber, Al-Qur’an Hadits, Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.