Biografi Singkat Ulama Penyusun Enam Kitab Hadits (Kutubus Sittah)

Kutubus Sittah dalam Bahasa Indonesia berarti 'Enam Kitab', ialah sebutan yang dipakai untuk merujuk kepada enam buah kitab induk Hadits dalam Islam. Keenam kitab ini merupakan kitab hadits yang disusun oleh para pengumpul hadits yang kredibel. Kitab-kitab tersebut menjadi referensi utama oleh umat muslim dalam merujuk kepada perkataan Nabi Muhammad Saw.

Imam Bukhori.
Nama lengkapnya  Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqirah Al-Ja’fi bin Bardizbah Al-Bukhari, lahir bulan Syawal 194 H di Bukhara, Uzbekistan, Asia tengah  sehingga dikenal dengan panggilan ‘Al-Bukhari’.

Imam Bukhari  dididik dalam keluarga ulama yang  taat beragama. Dalam kitab ats-Tsiqat, Ibnu Hiban menulis  bahwa ayah Bukhari dikenal sebagai seorang yang wara’, seorang  ulama  bermazhab Maliki dan murid dari Imam Malik,  ulama besar dan andal fiqih. Ia wafat ketika Bukhari masih kecil.

Imam  Bukhari sudah melaksanakan pengembaraan menuntut ilmu semenjak berusia sepuluh tahun. Ia pergi ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Mekkah Mesir, dan Syam. Imam Bukhari berguru pada Syekh Ad-Dakhili. Ulama andal Hadist yang mashur di Bukhara. Pada usia 16 tahun  ia mengunjungi kota suci  Makkah dan Madinah untuk mengikuti kuliah dari para guru besar Hadist. Pada usia 18 tahun dia sudah hafal karya Mubarak dan Waki’ bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh Ishaq, menghimpun Hadist-Hadist shahih dalam satu kitab. Dari satu juta Hadist yang diriwayatkan 80.000 Rawi disaring menjadi 7.275 Hadist.

Untuk  mengumpulkan dan menyeleksi  Hadist Sahih, Imam Bukahri  menghabiskan waktu selama 16 tahun mengunjungi banyak sekali kota untuk menemui para Rawi Hadist. Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain  Basrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baqhdad hingga Asia Barat.

Di antara ulama Hadist yang   yang termasuk guru Imam Bukahri ialah Ali-bin al-Madani, Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, Makki bin Ibrahim al-Bakhi, dan Muhammad bin Yusuf Al-Baikandhi. Selain itu,   banyak andal Hadist yang  berguru kepadanya, diantaranya  Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibnu Nazr,  dan Imam Muslim.

Imam Bukhari merupakan  ulama Hadist yang banyak  menulis kitab-kitab Hadist. Kitab-kitabnya menjadi referensi bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sebagian diantara karya-karya adalah: Sahih Bukhari, al-Adab al-Mufrad, adh-Dhuafa ash-Shqhir, at- Tarikh as- Shaghir, at- Tharikh al- Aushat. At- thrikh al- Kabir, at-Tafsir al-Kabir, al-Ilal, Raful yadain fi as-Salah, Birrul al-Walidain, ad-Dhuafa, al-hibah. Diantara karya-karya tersebut yang termashur ialah al-Jami’ al-Musnad ash-Sahih al- Mukhtasar min Umur Rasul Allah was Sunanih wa Ayyamih.

Imam al-Bukhari wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H dalam usia 62 tahun. Jenazahnya  dikuburkan di Khartank, sebuah desa di Samarkand.
Baca Juga :


Imam Muslim.
Nama lengkapnya Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz Al-Qusyairi An- Naisaburi, dilahirkan di Naisabur pada tahun 202 H/ 817 M. Naisabur, ketika itu termasuk wilayah Rusia, yang dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan Maa Wara’a an Nahr, daerah-daerah yang terletak di belakang Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah.

Naisabur pernah menjadi sentra pemerintahan dan perdagangan kurang lebih 150 tahun pada masa Dinasti Samanid. Bahkan, kota Naisabur dikenal  juga ketika itu sebagai salah satu kota ilmu,  tempat berkumpulnya ulama besar dan sentra peradaban di tempat Asia Tengah.

Imam Muslim  sangat menyukai  ilmu Hadist. Kecerdasan dan ketajaman hafalannya sudah ditunjukkan semenjak kecil. Pada  usia 10 tahun, sering tiba berguru kepada Imam Ad Dakhili, spesialis hadits di kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai menghafal Hadist dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah dalam periwayatan Hadist. Kecintaannya kepada ilmu Hadist menjadikannya pngembara ke banyak sekali tempat dan untuk mendapatkan silsilah yang benar sebuah Hadist.

Imam Muslim banyak menulis  kitab-kitab Hadist,  diantaranya yang termashur adalah, al-Jami’ ash-Sahih atau dikenal sebagai Shahih Muslim, al-Musnad al-Kabir , al-Asmah Wal-kun,al-Ilal, al-Qaran, Sualat  Ahmad bin Hambal, al-intifa’ bi Uhubis-Siba’, Al-Muhadramain, Man laisa lahu Illa Rawin Wahid, kitab Auladish-shaba , dan kitab Auham al-Muhaddisin. Selain itu, yang paling mashur ialah ash-Sahih, yang judul lengkapanya ialah al-Musnad as-Shahih al- Mukhtashar  Min as-Sunan bin Naql al-Adl’an  Rasul Allah, berisi 3,033 Hadist.

Beliau wafat  pada hari Ahad sore, dimakamkan di Nasr Abad,  salah satu daerah di luar Nisabur,  pada hari Senin, 25 Rajab 261 H/5 Mei 875 M, dalam usia 55 tahun.

Imam Abu Dawud.
Nama lengkapnya, Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin ‘Amr Al-Azdi As-Sijistani, dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan. Sejak kecil,  Abu Dawud sudah menyayangi ilmu dan para ulama. Belum cukup dewasa, sudah mengunjungi dan mengelilingi banyak sekali negeri  seperti Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain,  untuk berguru Hadist dari para ulama.  Hadist-Hadist yang diperolehnya disaring dan hasil penyaringannya dibukukan dalam kitab As-Sunan.

Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali untuk mengajarkan Hadist dan fiqh kepada penduduk dengan memakai  kitab Sunan sebagai pegangannya. Kitab Sunan karyanya itu  dipuji oleh Ahmad bin Hanbal, ulama fiqh termasyhur dalam empat Imam Madzhab.

Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas undangan gubernur setempat yang menghendaki supaya Basrah menjadi  pusat bagi para ilmuwan dan peminat Hadist.

Para ulama yang menjadi guru Imam Abu Dawud sangat  banyak jumlahnya,  diantaranya Ahmad bin Hanbal, Al-Qa’nabi, Abu ‘Amr Ad-Darir, Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja’, Abu’l  Walid At-Tayalisi dan lain-lain. Sebahagian dari  gurunya ada  yang menjadi guru Imam Bukhari dan Imam Muslim, mirip Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin Sa’id. Adapun para ulama yang menjadi muridnya atau mengambil ilmunya, antara lain Abu ‘Isa At-Tirmidzi, Abu Abdur Rahman An-Nasa’i, putranya sendiri Abu Bakar bin Abu Dawud, Abu Awanah, Abu Sa’id al-A’rabi, Abu Ali al-Lu’lu’i, Abu Bakar bin Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa’id al-Jaldawi dan lain-lain.

Abu Dawud ialah  salah seorang ulama  besar yang  prilakunya wara’, saleh dan bijksana. Sifat-sifat mulianya  diungkapkan oleh sebahagian ulama dengan menyatakan:

“Abu Dawud mirip Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya, ketenangan jiwa dan kebagusan pandangannya serta keperibadiannya. Ahmad dalam sifat-sifat ini mirip Waki’, Waki mirip Sufyan as-Sauri, Sufyan mirip Mansur, Mansur mirip Ibrahim An-Nakha’i, Ibrahim mirip ‘Alqamah dan ia mirip Ibnu Mas’ud. Sedangkan Ibnu Mas’ud sendiri mirip Nabi SAW dalam sifat-sifat tersebut.”

Imam Abu Dawud menulis  banyak  kitab Hadist, antara lain: Kitab As-Sunnan (Sunan Abu Dawud), Kitab Al-Marasil. Kitab Al-Qadar, An-Nasikh wal-Mansukh, Fada’il al-A’mal, Kitab Az-Zuhd. Dala’il an-Nubuwah, Ibtida’ al-Wahyu, Ahbar al-Khawarij. Kitabnya yang banyak dikenal di kalangan umat muslim Indonesia ialah Kitab As-Sunan Abu Dawud.

Abu Dawud meninggal di Basrah pada tanggal 16 Syawwal 275 H/889 M.

Imam At-Tirmidzi.
Imam Tirmidzi banyak mengarang kitab diantaranya, Kitab Al-ilal, Kitab Asma Ash-Shahabah,  Kitab Al-Asma’ Al-Kuna, dan yang terkenal ialah Kitab As-Sunan. Dalam cuilan Hadist Hasan disebutkan  bahwa Sunan At-Tirmidzi ialah induk Hadist Hasan. Dalam kitab tersebut ada empat bagian: pertama cuilan yang dipastikan kesahihannya, kedua cuilan yang mencapai syarat, Abu Daud dan An-Nasai’, ketiga cuilan yang terperinci illatnya,  keempat dalam hal yang ia terangkan dalam katanya sendiri. ‘’Yang kutakhrijkan dalam kitabku ini ialah Hadist yang telah diamalkan oleh sebagian ulama’’.

Diantara keistimewaan kitab As-Sunan ialah yang diisyaratkan oleh Abdullah bin Muhammd Al-Anshari dengan ucapan beliau: ‘kitab At-Tirmidzi bagiku  lebih terang dari pada kitab Al-Bukhari dan Muslim’.  Kitab At-Tirmidzi menurutnya sanggup dicapai oleh setiap orang, baik andal fiqih andal Hadist atau andal yang lainnya.

Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi,  bertukar pikiran dan mengarang  pada ahir hidupnya dia menderita penyakit buta, beberapa tahun lamanya. Dalam keadaan mirip inilah Imam At-Tirmidzi kemudian meninggal. Ia wafat di Tirmidzi pada malam Senin, 13 Rajab tahun 279 H/8 Oktober 892 dalam usia 70 tahun.

Imam An-Nasai.
Nama lengkapnya Abu Abdurrahman bin Syu’aib bin Ali Ibnu Abi Bakar Ibnu Sinan an-Nasai,  lahir pada tahun 215 H.  Dikenal dengan nama  Nasa’i dinisbatkan dengan kota Nasa’i , salah satu kota di Khurasan. Imam Nasi’i mendapatkan Hadist dari Sa’id, Ishaq bin Rahawahih dan ulama-ulama lain dari tokoh Hadist  di Khurasan, Hijaz,  Irak, Mesir, Syam dan Jazirah Arab.

Imam Nasa’i terkenal sebab ketinggian sanad Hadistnya. Kitab Sunan An-Nasa’i  mengandung lebih sedikit Hadist  Dhaifnya,  setelah Hadist Sahih Bukhari dan Shahih Muslim.  Diantara para gurunya  adalah  Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih  Al-Harist bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Daud, dan Imam Abu Isa At-Tirmidzi. Adapun ulama-ulama  yang pernah berguru  kepadanya diantaranya: Abu Al-Qasim At-Tabarani (pengarang  kitab Mu’jam),  Abu Ja’far At-Thahawi, Al-Hasan bin Al-Khadir As-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin Al-Ahamr An-Dalusi, Abu Naashr Al-Dalaby, dan Abu Bakar bin Ahmad As-Sunni.

Kitab-kitab Hadist karya Iman An-Nasa’i diantaranya: As-Sunan  al-Kubra yang dikenal dengan Sunan An-Nasa’i, As-Sunan al-Mujtaba, Kitab at-Tamyiz,  Kitab Adh-Dhu’afa, Khasa’is Ali, Musnad Ali, Musnad Malik dan  Manasik al-Hajji.

Imam An-Nasa’i wafat pada tahun 303 H/915 M  dan dimakamkan di Bait Al-Maqdis, Palestina.

Imam Ibnu Majah.
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah Ar-Rabi’i Al-Qazwini. Lebih bersahabat dipanggil Ibnu Majah. Ibnu Majah terkenal kejujuran dan watak mulianya. Dilahirkan di Qazwin, Irak pada 209 H/824 M. Sebutan Majah dinisbahkan kepada ayahnya, Yazid, yang juga dikenal dengan nama Majah Maula Rab’at. Ibnu Majah mulai berguru semenjak usia remaja dan menekuni bidang ilmu Hadis pada usia 15 tahun kepada seorang guru ternama Ali bin Muhammad At-Tanafasi. Bakat dan minatnya di bidang Hadis makin besar.

Hal inilah yang menciptakan Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan negara guna mencari, mengumpulkan, dan menulis Hadist. Puluhan negeri telah ia kunjungi, antara lain Rayy (Teheran), Basra, Kufah, Baghdad, Khurasan, Suriah, Mesir  dan Hijaz. Ia mendapatkan Hadist dari para ulama Hadist di tempat-tempat yang dikunjunginya diantaranya dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam, dan para pengikut perawi dan andal Hadis, Imam Malik serta Al-Lays.Juga dari Ishaq bin Muhammad, Ali bin Ibrahim bin Salamah Al-Qattan, Ahmad bin Ibrahim, dan sebagainya.

Melalui pertemuannya dengan banyak sekali ulama Hadist di banyak sekali tempat inilah, Ibnu Majah sanggup menghimpun dan menulis puluhan bahkan ratusan Hadis dari sumber-sumber yang dipercaya  kesahihannya.

Sepanjang hayatnya, Imam Ibnu Majah telah menulis puluhan buku, baik dalam bidang Hadist, sejarah, fikih, maupun tafsir. Di bidang tafsir, antara lain menulis Tafsir Al-Qur’anul Karim. Di bidang sejarah, At-Tariikh, yang memuat biografi para perawi Hadist semenjak awal hingga ke masanya.

Adapun karyanya yang paling  monumental dan terkenal di kalangan Muslim dan literatur klasik ialah kitab di bidang Hadist  berjudul Kitab Sunan Ibnu Majah. Menurut Muhammad Fuad Abdul Baqi, penulis buku Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz Quran (Indeks Alquran), jumlah Hadist dalam kitab Sunan Ibnu Majah berjumlah 4.241 buah Hadis.

Kontribusinya di bidang ilmu-ilmu Islam itu, khususnya bidang ilmu Hadis, banyak menerima kebanggaan dari para ulama besar lainnya. Abu Ya’la Al-Khalili Al-Qazwini mengatakan,   “Ibnu Majah ialah seorang  yang terpercaya, yang disepakati ihwal kejujurannya, sanggup dijadikan pdoman pendapat-pendapatnya. Ia memiliki pengetahuan luas dan banyak menghafal Hadist’. Begitu juga  Ibnu Katsir, ulama Tafsir termasyhur  mengatakan dalam kitabnya, Al-Bidayah:

Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah) ialah pengarang kitab sunan yang masyhur. Kitabnya itu merupakan bukti atas amal dan ilmunya, keluasan pengetahuan dan pandangannya, serta dapat dipercaya dan loyalitasnya kepada Hadis dan usul serta furu’.”

Ibnu Majah meninggal pada tanggal 22 Ramadhan 273 H/887 M, di tanah kelahirannya, Qazwin, Irak.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan ihwal biografi singkat ulama penyusun enam kitab hadits atau yang sering juga di sebut dengan kutubus sittah. Mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua. Aamiin. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel