Etos Kerja Berdasarkan Pandangan Islam
Wednesday, September 19, 2018
Edit
Apa pengertian etos kerja? Dari sumber Wikipedia menyebutkan bahwa etos berasal dari kata "ethikos" (bahasa Yunani), yang mempunyai arti moral atau menawarkan abjad moral. Dalam bahasa Yunani kuno dan modern, etos mempunyai arti sebagai keberadaan diri, jiwa, dan pikiran yang membentuk seseorang. Sedangkan Webster's New Word Dictionary, 3rd College Edition, mendefinisikan etos sebagai kecenderungan atau karakter; sikap, kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok. Kaprikornus sanggup dikatakan bahwa etos intinya yaitu perihal etika. Nilai-nilai adat ini jikalau kita kaitkan dengan etos kerja menyerupai rajin, bekerja, keras, ulet, tekun, berdisplin tinggi, menahan diri, dan nilai-nilai adat lainnya ditemukan pada semua golongan masyarakat dan bangsa.
Pandangan Islam terhadap Etos Kerja
Manusia sebagai makhluk mempunyai banyak kebutuhan dan kepentingan dalam kehidupannya, sudah menjadi kewajiban manusia untuk berusaha memenuhinya. Seorang muslim harus sanggup menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat. Tidaklah semata hanya berorientasi pada kehidupan darul abadi saja, tapi juga harus memikirkan kepentingan kehidupannya di dunia. Menurut pandangan Islam, Untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, wajiblah seorang muslim untuk bekerja.
Bekerja yaitu kodrat dari kehidupan, baik kehidupan spiritual, intelektual, fisik, biologis, maupun kehidupan individual dan sosial dalam banyak sekali bidang. Seseorang layak untuk mendapat predikat yang terpuji, menyerupai potensial, aktif, dinamis, produktif atau profesional, semata-mata disebabkan oleh prestasi kerjanya. Karena itu, biar insan benar-benar “hidup”, dalam kehidupan ini, ia memerlukan ruh (spirit). Untuk ini, al-Qur’an diturunkan sebagai spirit hidup, sekaligus sebagai nur (cahaya) yang tak kunjung padam biar acara hidup insan tidak tersesat.
Dalam al-Qur’an maupun hadis, banyak ditemukan perintah seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawi. Salah satu perintah Allah kepada umat-Nya untuk bekerja terdapat dalam Q.S. at-Taubah/9:105 yang artinya :
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kau akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha mengetahui yang mistik dan yang nyata, kemudian diberitakan-Nya kepada kau apa yang telah kau kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105)
Q.S. at-Taubah/9: 105 menjelaskan, bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk bersemangat dalam melaksanakan amal saleh sebanyak-banyaknya. Allah Swt. akan melihat dan menilai amal-amal tersebut. Pada akhirnya, seluruh insan akan kembali kepada Allah Swt. dengan membawa amal perbuatannya masing-masing. Mereka yang berbuat baik akan diberi pahala atas perbuatannya selama di dunia. Sedangkan mereka yang berbuat jahat akan diberi siksaan atas perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia.
Sebutan lain dari ganjaran yaitu imbalan atau upah atau kompensasi. Imbalan dalam etos kerja berdasarkan pandangan Islam menekankan pada dua aspek, yaitu aspek dunia dan aspek akhirat. Namun, pementingan kepada darul abadi itu lebih penting daripada pementingan kepada dunia (dalam hal ini materi). Ayat di atas juga menjelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan insan untuk bekerja, dan Allah Swt. niscaya membalas semua yang telah kita kerjakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam ayat ini yaitu penegasan Allah Swt. bahwa motivasi atau niat bekerja itu harus benar.
Umat Islam dianjurkan biar tidak hanya merasa cukup dengan melaksanakan “tobat” saja jikalau melaksanakan kesalahan, tetapi harus dibarengi dengan usaha-usaha untuk melaksanakan perbuatan terpuji yang lainnya, seperti membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan, menunaikan zakat, menyegerakan untuk mengerjakan shalat, saling menasihati sobat dalam hal kebenaran dan kesabaran, dan masih banyak lagi usaha-usaha lain yang sangat terpuji. Semua itu dilakukan atas dasar ketaatan dan kepatuhan kepada perintah Allah Swt. dan yakin bahwa Allah Swt. niscaya menyaksikan itu.
Ayat ini pun berisi peringatan bahwa perbuatan mereka itu nantinya akan diperlihatkan pula kepada rasul dan kaum muslimin lainnya kelak di hari kiamat. Dengan demikian, akan terlihatlah kebajikan dan kejahatan yang mereka lakukan selama di dunia sesuai amal perbuatannya. Bahkan, di dunia ini pun sudah sering kita saksikan, bagaimana citra orang-orang yang berbuat jahat menyerupai pencuri, koruptor, penipu, pemerkosa, dan lain sebagainya. Banyaknya isu perihal korupsi, bagaimana koruptor dipertontonkan di ruang publik. Ini menunjukan bahwa di dunia pun perbuatan kita jahat sudah dipertontonkan. Apalagi kelak di darul abadi yang niscaya sangat kasatmata dan tidak sanggup ditutup-tutupi.
Marilah kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan maksimal. Bekerja sesuai dengan hukum Allah Swt. dan rasul-Nya. Kalau pekerjaan itu tidak baik dan tidak benar, maka jauhilah! Jangan hingga di kemudian hari gres menyesal. Sungguh tidak ada artinya.
Tugas:
Pandangan Islam terhadap Etos Kerja
Manusia sebagai makhluk mempunyai banyak kebutuhan dan kepentingan dalam kehidupannya, sudah menjadi kewajiban manusia untuk berusaha memenuhinya. Seorang muslim harus sanggup menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat. Tidaklah semata hanya berorientasi pada kehidupan darul abadi saja, tapi juga harus memikirkan kepentingan kehidupannya di dunia. Menurut pandangan Islam, Untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, wajiblah seorang muslim untuk bekerja.
Bekerja yaitu kodrat dari kehidupan, baik kehidupan spiritual, intelektual, fisik, biologis, maupun kehidupan individual dan sosial dalam banyak sekali bidang. Seseorang layak untuk mendapat predikat yang terpuji, menyerupai potensial, aktif, dinamis, produktif atau profesional, semata-mata disebabkan oleh prestasi kerjanya. Karena itu, biar insan benar-benar “hidup”, dalam kehidupan ini, ia memerlukan ruh (spirit). Untuk ini, al-Qur’an diturunkan sebagai spirit hidup, sekaligus sebagai nur (cahaya) yang tak kunjung padam biar acara hidup insan tidak tersesat.
Dalam al-Qur’an maupun hadis, banyak ditemukan perintah seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawi. Salah satu perintah Allah kepada umat-Nya untuk bekerja terdapat dalam Q.S. at-Taubah/9:105 yang artinya :
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kau akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha mengetahui yang mistik dan yang nyata, kemudian diberitakan-Nya kepada kau apa yang telah kau kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105)
Q.S. at-Taubah/9: 105 menjelaskan, bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk bersemangat dalam melaksanakan amal saleh sebanyak-banyaknya. Allah Swt. akan melihat dan menilai amal-amal tersebut. Pada akhirnya, seluruh insan akan kembali kepada Allah Swt. dengan membawa amal perbuatannya masing-masing. Mereka yang berbuat baik akan diberi pahala atas perbuatannya selama di dunia. Sedangkan mereka yang berbuat jahat akan diberi siksaan atas perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia.
Sebutan lain dari ganjaran yaitu imbalan atau upah atau kompensasi. Imbalan dalam etos kerja berdasarkan pandangan Islam menekankan pada dua aspek, yaitu aspek dunia dan aspek akhirat. Namun, pementingan kepada darul abadi itu lebih penting daripada pementingan kepada dunia (dalam hal ini materi). Ayat di atas juga menjelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan insan untuk bekerja, dan Allah Swt. niscaya membalas semua yang telah kita kerjakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam ayat ini yaitu penegasan Allah Swt. bahwa motivasi atau niat bekerja itu harus benar.
Umat Islam dianjurkan biar tidak hanya merasa cukup dengan melaksanakan “tobat” saja jikalau melaksanakan kesalahan, tetapi harus dibarengi dengan usaha-usaha untuk melaksanakan perbuatan terpuji yang lainnya, seperti membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan, menunaikan zakat, menyegerakan untuk mengerjakan shalat, saling menasihati sobat dalam hal kebenaran dan kesabaran, dan masih banyak lagi usaha-usaha lain yang sangat terpuji. Semua itu dilakukan atas dasar ketaatan dan kepatuhan kepada perintah Allah Swt. dan yakin bahwa Allah Swt. niscaya menyaksikan itu.
Ayat ini pun berisi peringatan bahwa perbuatan mereka itu nantinya akan diperlihatkan pula kepada rasul dan kaum muslimin lainnya kelak di hari kiamat. Dengan demikian, akan terlihatlah kebajikan dan kejahatan yang mereka lakukan selama di dunia sesuai amal perbuatannya. Bahkan, di dunia ini pun sudah sering kita saksikan, bagaimana citra orang-orang yang berbuat jahat menyerupai pencuri, koruptor, penipu, pemerkosa, dan lain sebagainya. Banyaknya isu perihal korupsi, bagaimana koruptor dipertontonkan di ruang publik. Ini menunjukan bahwa di dunia pun perbuatan kita jahat sudah dipertontonkan. Apalagi kelak di darul abadi yang niscaya sangat kasatmata dan tidak sanggup ditutup-tutupi.
Marilah kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan maksimal. Bekerja sesuai dengan hukum Allah Swt. dan rasul-Nya. Kalau pekerjaan itu tidak baik dan tidak benar, maka jauhilah! Jangan hingga di kemudian hari gres menyesal. Sungguh tidak ada artinya.
Tugas:
- Carilah ayat dan hadis yang berafiliasi dengan etos kerja berdasarkan pandangan Islam !
- Jelaskan pesan-pesan yang termaktub pada ayat dan hadis yang kau temukan itu !
- Hubungkanlah pesan-pesan ayat dan hadis tersebut dengan kondisi sesungguhnya di lapangan yang kau temui !