Kompetisi Dalam Kebaikan Berdasarkan Islam

Berkompetisi Dalam Kebaikan Menurut Agama Islam

Kompetisi yaitu kegiatan insan untuk mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau sekelompok insan menentukan untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari situasi dan kondisinya. Ada kompetisi yang baik, juga ada yang buruk, bagaimana kompetisi dalam kebaikan berdasarkan agama Islam ? Hidup yaitu kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik, tetapi juga berkompetisi untuk meraih harapan yang diinginkan. Namun sayang,nya banyak orang terjebak pada kompetisi semu yang hanya memperturutkan syahwat hawa nafsu duniawi dan jauh dari suasana robbani. Kompetisi usaha-pekerjaan, kompetisi harta-kekayaan, kompetisi jabatan-kedudukan dan kompetisi lainnya, yang semuanya kolam fatamorgana. Indah menggoda, tetapi gotong royong tiada. Itulah kompetisi yang menipu diri. Bahkan, hal yang sangat memilukan pun tak jarang dalam kompetisi yang selalu diiringi “suudzon” jelek sangka, bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada Allah Swt. Lebih parah lagi jikalau rasa iri dan riya ikut bermain dalam kompetisi tersebut.

Lalu, bagaimanakah selayaknya kompetisi dalam kebaikan berdasarkan fatwa Islam ? Allah Swt. telah memperlihatkan pengarahan dengan jelas, bahkan pengutamaan kepada orang-orang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an yang artinya :
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah kasus mereka berdasarkan apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah tiba kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan hukum dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, pasti kau dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kau terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba- lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kau semua kembali, kemudian diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kau perselisihkan.” (Q.S. al-Maidah/5: 48)

 Berkompetisi Dalam Kebaikan Menurut Agama Islam Kompetisi Dalam Kebaikan Menurut IslamPada Q.S. al-Maidah/5:48 Allah Swt. menjelaskan bahwa setiap kaum diberikan hukum atau syariat. Syariat untuk setiap kaum berbeda-beda sesuai dengan waktu dan keadaan hidupnya. Meskipun mereka berbeda-beda, pada prinsipnya yaitu semuanya beribadah dalam rangka mencari ridha Allah Swt., atau berlomba-lomba dalam kebaikan.

Allah Swt. mengutus para rasul  dan menurunkan syariat kepadanya untuk memberi petunjuk kepada insan biar berjalan pada rel yang benar dan lurus. Hanya sayangnya, sebagian dari ajaran-ajaran mereka disembunyikan atau diselewengkan. Sebagai ganti fatwa para rasul, insan membuat fatwa sendiri yang bersifat khurafat dan takhayul.

Ayat ini membicarakan bahwa al-Qur’an mempunyai kedudukan yang sangat tinggi; al-Qur’an sebagai pembenar kitab-kitab sebelumnya; sekaligus sebagai penjaga kitab-kitab tersebut. Dengan menekankan terhadap dasar-dasar fatwa para nabi terdahulu, al-Qur’an juga sepenuhnya memelihara keaslian fatwa itu dan menyempurnakannya.

Akhir ayat ini juga menyampaikan bahwa perbedaan syariat tersebut menyerupai layaknya perbedaan insan dalam penciptaannya, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Semua perbedaan itu yaitu rahmat dan untuk ajang saling mengenal. Ayat ini juga mendorong pengembangan aneka macam macam kemampuan yang dimiliki manusia, bukan malah menjadi ajang perdebatan. Semua orang dengan potensi dan kadar kemampuan masing-masing, harus berkompetisi dan berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan. Allah Swt. senantiasa melihat dan memantau perbuatan insan dan bagi-Nya tidak ada sesuatupun yang tersembunyi.
 Berkompetisi Dalam Kebaikan Menurut Agama Islam Kompetisi Dalam Kebaikan Menurut Islam
Ada beberapa alasan mengapa kita diperintahkan untuk berkompetisi dalam kebaikan, antara lain sebagai berikut. Pertama, bahwa melaksanakan kebaikan tidak seharusnya ditunda-tunda, melainkan harus segera dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas, begitu juga kesempatan berbuat baik belum tentu setiap dikala kita dapatkan.

Kematian bisa tiba secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Oleh lantaran itu, begitu ada kesempatan untuk berbuat baik, janganlah kita tunda-tunda lagi, tetapi harus segera kita kerjakan. Kedua, bahwa hendaknya saling memotivasi dan saling tolong-menolang untuk berbuat baik, di sinilah perlunya kerja sama atau kerja sama. Tanda-tanda lingkungan yang baik yaitu lingkungan yang membuat kita terdorong untuk berbuat baik. Tidak sedikit seorang yang tadinya baik menjadi rusak lantaran lingkungan. Lingkungan yang saling mendukung kebaikan akan tercipta kebiasaan berbuat baik secara istiqamah (konsisten). Ketiga, bahwa kesigapan melaksanakan kebaikan haruslah didukung dengan kesungguhan. Allah Swt. bersabda dalam Al-Qur'an yang artinya :            
“...Dan tolong-menolonglah kau dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...” (Q.S. al-Maidah/5: 2)

Langkah awal untuk membuat suatu lingkungan yang baik yaitu dengan memulai dari diri sendiri, dari yang terkecil, dan dari sekarang. Mengapa? lantaran inilah jalan terbaik dan mudah untuk memperbaiki sebuah bangsa. Kita harus segera memulai dari diri sendiri dan keluarga. Sebuah bangsa, apa pun hebatnya secara teknologi, tidak akan bisa pernah tegak dengan kokoh jikalau eksklusif dan keluarga yang ada di dalamnya sangat rapuh.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel