Petaka Kebohongan
Wednesday, September 19, 2018
Edit
Sebagaimana telah dijelaskan pada artikel Keutamaan Prilaku Jujur, betapa berartinya sebuah kejujuran alasannya yaitu kejujuran akan membawa kita kepada kebaikan, dan kebaikan akan membawa kita ke surga. Sebaliknya, betapa berbahayanya sebuah kebohongan. Kebohongan akan menjadikan pelakunya tidak dipercaya lagi oleh orang lain.
Ketika seseorang sudah menutupi sebuah kebenaran, apalagi menyelewengkan kebenaran untuk tujuan jahat, ia telah melaksanakan kebohongan. Kebohongan yang dilakukannya itu telah membawa kepada apa yang dikhianatinya itu.
Allah Swt. berfirman dalam al-Quran yang artinya: “...Barangsiapa berkhianat, pasti pada hari final zaman ia akan tiba membawa apa yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi jawaban yang tepat sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi.’’ (Q.S. Ali ‘Imran/3: 161)
Rasulullah Saw. juga telah mengingatkan perihal musibah kebohongan dalam hadist yang artinya :
“Dari Abu Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw., bersabda, “Akan tiba kepada insan tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan, sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya, sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada ketika itu, Ruwaibidhah berbicara.” Ada sahabat yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?” Beliau menjawab, “Orang terbelakang yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah) Syaikh Muhammad al-Ghazali mengatakan, bahwa menjaga amanah berarti menunaikan dengan baik terhadap hak-hak Allah Swt. dan hak-hak insan tanpa terpengaruh oleh perubahan keadaan, baik susah maupun senang.
Bohong bekerjsama yaitu upaya seseorang untuk mengalihkan fakta yang sebenarnya. Pada saat seseorang berbohong, maka musibah kebohongan akan terjadi sesudah itu. Sebenarnya ia sedang melawan perihal apa yang bekerjsama ingin disampaikan. Saat berbohong bekerjsama terjadi konflik bathin dalam dirinya, ingin berkata jujur atau berkata bohong. Karena bekerjsama hati nurani kita akan berbicara sebenarnya, berbicara sejujurnya, tidak sanggup berbohong. Hal ini jelas-jelas akan menjadi beban bagi orang yang berbohong. Cepat atau lambat, perbuatan bohong juga akan sanggup membawa dampak bagi kesehatan. Apalagi bila ada perjuangan dari pihak luar untuk mengambarkan kebohongan tersebut, tantangan bagi orang yang berbohong semakin berat dan menambah tekanan kejiwaan bagi nya, ia akan berusaha mempertahankan kebohongannya walaupun dengan menambah kebohongan-kebohongan lain. Tekanan jiwa ditambah lagi dengan stress-stress lain akan menimbulkan gangangguan jiwa (Neurosis) baik depresi maupun ansietas atau gangguan fisik akhir kejiwaan berupa penyakit Psikosomatik.
Pada akhirnya, semakin banyak kita berbohong, akan semakin banyak permasalahan yang timbul, itulah fakta musibah kebohongan. Hidup apa adanya, selalu berkata benar, dan selalu berbuat jujur yaitu upaya terbaik kita semoga tidak terjebak untuk berbohong. Karena pada risikonya makhluk yang terbaik dimuka bumi ini yaitu makluk yang terbaik dimata Allah Swt. Janganlah alasannya yaitu takut popularitas kita turun dimata manusia, kita berbicara bohong.
Ketika seseorang sudah menutupi sebuah kebenaran, apalagi menyelewengkan kebenaran untuk tujuan jahat, ia telah melaksanakan kebohongan. Kebohongan yang dilakukannya itu telah membawa kepada apa yang dikhianatinya itu.
Allah Swt. berfirman dalam al-Quran yang artinya: “...Barangsiapa berkhianat, pasti pada hari final zaman ia akan tiba membawa apa yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi jawaban yang tepat sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi.’’ (Q.S. Ali ‘Imran/3: 161)
Rasulullah Saw. juga telah mengingatkan perihal musibah kebohongan dalam hadist yang artinya :
“Dari Abu Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw., bersabda, “Akan tiba kepada insan tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan, sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya, sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada ketika itu, Ruwaibidhah berbicara.” Ada sahabat yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?” Beliau menjawab, “Orang terbelakang yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah) Syaikh Muhammad al-Ghazali mengatakan, bahwa menjaga amanah berarti menunaikan dengan baik terhadap hak-hak Allah Swt. dan hak-hak insan tanpa terpengaruh oleh perubahan keadaan, baik susah maupun senang.
Bohong bekerjsama yaitu upaya seseorang untuk mengalihkan fakta yang sebenarnya. Pada saat seseorang berbohong, maka musibah kebohongan akan terjadi sesudah itu. Sebenarnya ia sedang melawan perihal apa yang bekerjsama ingin disampaikan. Saat berbohong bekerjsama terjadi konflik bathin dalam dirinya, ingin berkata jujur atau berkata bohong. Karena bekerjsama hati nurani kita akan berbicara sebenarnya, berbicara sejujurnya, tidak sanggup berbohong. Hal ini jelas-jelas akan menjadi beban bagi orang yang berbohong. Cepat atau lambat, perbuatan bohong juga akan sanggup membawa dampak bagi kesehatan. Apalagi bila ada perjuangan dari pihak luar untuk mengambarkan kebohongan tersebut, tantangan bagi orang yang berbohong semakin berat dan menambah tekanan kejiwaan bagi nya, ia akan berusaha mempertahankan kebohongannya walaupun dengan menambah kebohongan-kebohongan lain. Tekanan jiwa ditambah lagi dengan stress-stress lain akan menimbulkan gangangguan jiwa (Neurosis) baik depresi maupun ansietas atau gangguan fisik akhir kejiwaan berupa penyakit Psikosomatik.
Pada akhirnya, semakin banyak kita berbohong, akan semakin banyak permasalahan yang timbul, itulah fakta musibah kebohongan. Hidup apa adanya, selalu berkata benar, dan selalu berbuat jujur yaitu upaya terbaik kita semoga tidak terjebak untuk berbohong. Karena pada risikonya makhluk yang terbaik dimuka bumi ini yaitu makluk yang terbaik dimata Allah Swt. Janganlah alasannya yaitu takut popularitas kita turun dimata manusia, kita berbicara bohong.