Mengapa Agama Islam Turun Di Arab ?


Diriwayatkan sebetulnya Nabi Adam as. dan Isterinya Sitti Hawa atas izin Allah berjumpa di Jabbal Rahma yaitu salahsatu  daerah di Arab. Dan mereka beranak cucu serta beribadah di tempat itu. Islam sebagai syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad diturunkan dan mengalami masa formasinya di tanah Arab. Mengapa disana padahal Islam yaitu untuk seluruh alam? Mengapa bukan di Amerika, di Cina, atau di Asia Tenggara? Dengan diturunkannya Islam di Arab, maka Islam kemudian menjadi sangat terkait dan tidak sanggup dilepaskan dari kearaban. Agama Islam Turun di Arab alasannya beberapa hal menyerupai berikut ini.

Posisi Strategis
Bila kita amati peta dunia, kita akan mendapati adanya banyak benua yang menjadi titik sentra peradaban manusia. Dan Jazirah Arabia letaknya di antara tiga benua besar yang sepanjang sejarah menjadi sentra peradaban manusia. Barangkali sesudah mengetahuinya, ada yang ingin menyampaikan bahwa Islam diturunkan di Arab alasannya Arab dikala itu terletak dalam apitan dua adidaya sekaligus mercusuar peradaban dunia, yakni Romawi mewakili dunia Barat dan Persia mewakili dunia Timur..
 dan Isterinya Sitti Hawa atas izin Allah berjumpa di Jabbal Rahma yaitu salahsatu  Mengapa Agama Islam Turun di Arab ?

Meskipun berada dalam apitan keduanya, tanah Arab tempat Islam diturunkan diakui oleh para sejarawan sebagai tanah yang tidak terjamah, dalam pengertian belum sempat terjajah, terlepas dari kondisi geografisnya yang memang tidak menarik hasrat kaum penjajah. Karena masyarakat Arab belum pernah dijajah maka mereka pun belum sempat karam dan larut dalam pemikiran, ideologi, dan mitos yang disusupkan oleh kaum penjajah. Karena itulah maka masyarakat Arab dikala itu disebut sebagai masyarakat ummi. Barangkali akan lebih simpel berbagi pemikiran dalam suatu masyarakat yang pemikirannya masih relatif sederhana dan belum sarat dengan ideologi produk manusia, daripada melakukannya dalam suatu masyarakat yang sudah menganut majemuk pemikiran yang beraneka ragam. Dalam kondisi yang belakangan disebut, sangat dimungkinkan akan terjadi peniruan-peniruan budaya yang mampir kesana menyerupai budaya menyembah berhala yang diperlihatkan oleh bangsa China yang sebagai pemakai jalur perdagangan itu.

Sejak masa Rasulullah SAW, posisi jazirah arabia yaitu posisi yang strategis dan tepat berada di tengah-tengah dari sentra peradaban dunia, yaitu sebagai sentra jalur perdagangan Internasional di zaman itu.

Bahkan di masa itu, bangsa Aab mengenal dua jenis mata uang sekaligus, yaitu dinar dan dirham. Dinar yaitu jenis mata uang emas yang berlaku di Barat yaitu Romawi dan Yunani. Dan Dirham yaitu mata uang perak yang dikenal di negeri timur menyerupai Persia. Dalam ketentuan  HUKUM Islam, baik dinar atau dirham sama-sama diakui dan dipakai sebagai mata uang yang berlaku.

Ini memperlihatkan bahwa jazirah arab punya susukan yang simpel baik ke barat atau ke timur. Bahkan ke utara atau ke selatan, yaitu Syam di utara dan Yaman di Selatan.

Dengan demikian, dikala Muhammad SAW diangkat menjadi nabi dan diperintahkan menyampaikannya kepada seluruh umat manusia, sangat tertolong dengan posisi jazirah arabia yang memang sangat strategis dan tepat berada di pertemuan semua peradaban.

Kita tidak sanggup membayangkan bila Islam diturunkan di wilayah kutub utara yang hambar dan jauh dari mana-mana. Tentu akan sangat lambat sekali dikenal di majemuk peradaban dunia.

Juga tidak sanggup kita bayangkan bila Islam diturunkan di kepulauan Irian yang jauh dari peradaban manusia. Tentu Islam sampai hari ini masih mengalami hambatan dalam penyebaran.

Sebaliknya, jazirah arabia itu mempunyai susukan jalan darat dan maritim yang sama-sama bermanfaat. Sehingga para Shahabat pun sanggup menelusuri kedua jalur itu dengan mudah.

Kesucian Bangsa Arab
Islam tiba hanya untuk memperbaiki yang rusak, menambah atau melengkapi yang kurang, dan tetap melestarikan yang usang atau yang sudah ada. Dengan kata lain, Islam tiba untuk melaksanakan konservasi (pemeliharaan dan dukungan secara teratur) pada tradisi usang Arab yang masih baik, disamping melaksanakan revisi (perubahan) dan penyempurnaan. Terutama dalam hal konservasi tradisi lama, akan muncul sebuah pertanyaan “Bagaimana akibatnya andaikata Islam turun di Cina”? Tentunya, bangunan Islam akan berupa fatwa Cina yang direvisi dan disempurnakan!!

Dari titik inilah kita merasa perlu untuk tahu mengapa yang dipilih yaitu Arab dan bukan yang lain. Sebagian orang memperlihatkan jawaban, terutama ditujukan untuk anak-anak, bahwa Arab dipilih alasannya dikala itu masyarakatnya yaitu masyarakat yang paling rusak.

Tentu saja, kemudian orang akan bertanya,”Memangnya kenapa bila masyarakatnya paling rusak? Bukankah itu malah akan menguras banyak tenaga? Kalau Islam turun ke bumi mempunyai tujuan untuk membentuk sebuah sistem hidup yang sempurna, bukankah akan lebih efisien (tepat) bila objeknya yaitu wilayah yang sudah mendekati kesempurnaan itu sendiri, maknanya yang justru kebobrokan masyarakatnya paling kecil?” Dari pertanyaan itu, kita bahkan akan berpikiran lain,”Jangan-jangan, justru masyarakat Arab dikala itu yaitu masyarakat yang paling mendekati kesempurnaan itu, yang tentu saja akan menjadi ladang yang sangat baik untuk tumbuhnya tanaman yang berjulukan Islam”.

Bangsa arab memang sedikit kolot secara duniawi dibandingkan peradaban lainnya di masa yang sama. Mereka hidup di gurun pasir yang masih murni dengan menghirup udara segar. Maka berbeda dengan moralitas maknawiyah bangsa lain yang sudah semakin tercemar oleh budaya kota, maka bangsa arab hidup dengan kemurnian niloai kemanusiaan yang masih asli. Oleh alasannya itu, sifat jujur, amanah, saling menghormati dan keadilan yaitu ciri fundamental dari tabiat bangsa yang hidup erat dengan alam. Sesuatu yang sudah sulit didapat dari bangsa lain yang hidup di tengah hiruk pikuk kota.

Sebagai rujukan mudah, bangsa Arab punya akhlaq mulia sebagai akseptor tamu. Pelayanan kepada seorang tamu yang walaupun belum dikenal yaitu penggalan dari harga diri seorang arab sejati. Pantang untuk mereka menyia-nyiakan tamu yang datang. Kalau perlu semua persediaan makan yang mereka miliki pun diberikan kepada tamu. Pantang untuk bangsa arab menolak seruan orang yang kesusahan. Mereka amat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang paling dasar.

Ketika bangsa lain mengalami degradasi (keterbelakangan) moral menyerupai minum khamar dan menyembah berhala, bangsa arab hanyalah menjadi korban interaksi dengan mereka. 360 berhala yang ada di sekeliling ka”bah tidak lain alasannya efek interaksi mereka dengan bangsa yang amat menggemari patung misalnya China. Bahkan sebuah berhala yang paling besar yaitu Hubal, tidak lain yaitu sebuah patung yang diimpor oleh bangsa Arab dari peradaban luar. Maka budaya paganisme yang ada di arab tidak lain hanyalah efek buruk yang diterima sebagai efek dari pergaulan mereka dengan budaya China, Yaman dan Syam yaitu tanah para Nabi serta yang lainnya...

Kenapa,? Karena Arab mempunyai tempat yang stategis sehingga memudahkan masyarakatnya untuk mengcopy tradisi-tradisi bangsa lain yang lewat dan singgah disitu menyerupai penyembahan berhala dari CINA, SYAM, YAMAN, ROMAWI, YUNANI, dll... Salah 1 penggagas tradisi penyembahan berhala di Arab yaitu 'Amr bin Luhay Al-Khuza'iy.. Dia juga salah 1 pemimpin Bani Khuza'ah.. Ia dikenal di Arab sebagai orang yang suka berbuat bijak, mengeluarkan shadaqah dan hormat pada urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai salah seorang ulama besar dan wali yang disegani.

Pada suatu hari,, ia mengadakan perjalanan ke Syam.. Setibanya di Ma'ab (daerah Balqa) ia melihat penduduk setempat sedang menyembah berhala dan menganggap hal itu sebagai sesuatu baik serta benar. Sebab menurutnya, Syam yaitu tempat lahirnya para nabi, rasul dan turunnya kitab-kitab suci. Maka ia pulang sambil membawa berhala Hubal (Dewa Bulan) dan meletakannya di dalam Ka’bah. Setelah itu ia mengajak penduduk Mekkah untuk menyembah Hubal itu. Orang-orang Hijaz pun banyak yang mengikuti penduduk tanah suci.

Namun sifat jujur, amanah, terbuka dan menghormati sesama yaitu akhlaq dan tabiat dasar yang tidak sanggup hilang begitu saja.

Faktor Bahasa
Dugaan lebih lanjut mengenai alasan turunnya Islam di Arab berkaitan dengan dilema bahasa. Kitab suci Islam dan Sunnah Nabi, yang yaitu sumber dan pokok seluruh fatwa Islam, dituturkan dalam bahasa Arab. Jangan-jangan ini disebabkan oleh kesempurnaan atau keistimewaan bahasa Arab sehingga sanggup menjadi kemudahan yang baik untuk menjelaskan Islam secara tepat dan efektif. Al-Qur’an sendiri menjelaskan bahwa ia diturunkan dalam bahasa Arab yang amat efektif untuk menjelaskan dan menerangkan. salah 1 contohnya: "Sesungguhnya Kami menyebabkan Al Qur'an dalam bahasa arab semoga kalian memahami (nya)." (QS. Az-Zukhruf (43) : 3)

Secara sosial (kemasyarakatan), ilmuwan-ilmuwan menyampaikan bahwa masyarakat Arab dikala itu yaitu masyarakat yang merdeka dalam berpikir, menjunjung tinggi harga diri, dan tidak suka terbelenggu dibawah efek orang lain, walaupun di sisi lain mereka mempunyai fanatisme (kepercayaan) kesukuan yang sangat tinggi. Kemerdekaan berpikir ini barangkali akan sangat berpeluang besar untuk diterimanya pemikiran Islam yang masih absurd untuk mereka. Namun perlu dicatat bahwa walaupun masyarakat Arab dikala itu mempunyai kemerdekaan berpikir yang cukup besar namun mereka juga sangat suka berlaku taqlid (dogmatis).

Berbagai dugaan diatas memang cukup banyak dan semuanya sudah terjelaskan. Oleh alasannya itu,, sanggup disimpulkan sebetulnya :

Arab sudah menjadi pilihan dari Allah SWT. untuk menurunkan Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan penyempurna fatwa yang dibawa oleh Nabi dan Rasul sebelumnya... Kenapa? Karena di Arab,, sudah dipersiapkan oleh Allah SWT. untuk menjadi medan dakwahnya Rasulullah saw. dengan cara menjaga kesucian budbahasa masyarakatnya dan kesucian kotanya dari jamahan penjajah.. Dan juga,, Allah SWT. sudah mempersiapkan juga segala keperluan Rasulullah saw. dalam berdakwah sebelum Rasulullah saw. itu hadir. menyerupai berhala-berhala yang nantinya akan dihancurkan oleh Rasulullah saw., sistem perbudakan yang nantinya juga akan dihilangkan oleh Rasulullah saw., dll.

Apabila Islam dikala masih berada di langit sudah mencanangkan sistem fatwa tertentu sementara di bumi terdapat suatu wilayah dan masyarakat yang sedikit banyak sudah bersesuaian dengan sistem di langit itu, maka tindakan yang paling efisien (bagus) yaitu menurunkan sistem langit itu di penggalan bumi itu. Dan dari seluruh klarifikasi diatas,, maka sanggup disimpulkan sebetulnya Bangsa Arablah yang cocok untuk menurunkan fatwa Islam yang sama dengan fatwa langit... karenanya kita tidak perlu membedakan antara nilai-nilai regional (budaya) yang ada dan nilai-nilai langit yang bersifat gres untuk masyarakat di wilayah itu. Dalam kondisi semacam ini, nilai-nilai yang awalnya bersifat regional intinya yaitu nilai-nilai yang dimaksudkan untuk menjadi nilai-nilai universal (umum secara keseluruhan) untuk semua manusia.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel