Mahalnya Harga Sebuah Kejujuran

Mahalnya Harga Sebuah Kejujuran (Dikutip dari artikel goresan pena Dr. Marzuki, M.Ag.)


Bagaimana kita menggambarkan mahalnya harga sebuah kejujuran? Saat ini, huruf yang paling “mahal” barangkali yakni kejujuran. Mengapa demikian? Kita semua tahu betapa sulitnya kini ini menemukan kejujuran itu. Misalnya dalam pemilihan umum, semua orang yang telah melaksanakan pencoblosan harus menyelupkan salah satu jarinya ke tinta ungu sebagai bukti telah melaksanakan pencoblosan dan tidak boleh mencoblos lagi. Hal ini mengindikasikan bahwa semua pemilih dalam pemilu tersebut dicurigai berpotensi tidak jujur. Semua orang diposisikan sama, baik ia sebagai pemimpin agama (kiyai) maupun penjahat,  yakni berpotensi tidak jujur. Pelaksanaan ujian nasional (Unas) di sekolah juga tidak berbeda. Semua siswa kita yang akan mengikuti unas tersebut dan semua pelaksananya dicurigai akan berbuat tidak jujur. Siapapun orangnya harus melaksanakan proses itu, sehingga dalam pelaksanaan unas mulai dari proses pembuatan soal ujian, pendistribusian soal, hingga pelaksanaannya melibatkan banyak sekali orang untuk mengawasinya. Sebut saja contohnya TPI (Tim Pemantau Independen), polisi, serta pengawas ujian. Namun, ternyata masih banyak kecurangan (tidak jujur) dalam pelaksanaan unas tersebut. Masih banyak fenomena lain yang mengatakan bahwa kejujuran di negara kita mahal harganya, ibarat dalam penegakan hukum, politik, bahkan dalam dunia akademik di perguruan tinggi.
 Bagaimana kita menggambarkan mahalnya harga sebuah kejujuran Mahalnya Harga Sebuah Kejujuran
Makna Jujur

Dalam Agama Islam, jujur disebut shiddiq. Dari segi bahasa shiddiq sanggup berarti: (1) yang suka pada kebenaran, (2) yang menandakan ucapannya dengan perbuatan, dan (3) yang berbakti serta selalu mempercayai. Asal kata shiddiq yakni kata dasar shidq yang berarti kebenaran atau kejujuran. Dari makna-makna ini, terang bahwa jujur (shiddiq) merupakan sifat terpuji yang sangat menonjolkan kejujuran atau kebenaran. Dengan kata lain, jujur diperlihatkan dengan satunya kata dengan perbuatan. Orang yang mempunyai sifat jujur dalam perkataannya selalu sanggup dibuktikan dengan perilakunya. Apa yang dikatakannya selalu selaras dengan yang dipraktikkannya.

Sifat shiddiq merupakan salah satu dari sifat yang dimiliki para nabi dan rasul Allah Sew. Nabi Muhammad saw. yakni orang yang mempunyai sifat shiddiq. Apa yang dikatakannya selalu terbukti dan selaras dalam perbuatannya. Nabi selalu mengerjakan apa yang telah dikatakannya. Nabi juga memerintahkan kepada umatnya untuk mempunyai sifat jujur ini, sebab jujur akan membawa kepada kebaikan dan akhirnya akan mengantarkan kita ke surga. Sebaliknya, Nabi melarang kita berbohong, sebab bohong itu akan membawa kepada kejahatan dan pada akhirnya akan mengantarkan kita ke neraka. Rasulullah Swt. bersabda: “Hendaklah kau semua bersikap jujur, sebab kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga."

Seorang insan yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan dictaat oleh Allah sebagai orang yang jujur (shiddiq). Dan jauhilah sifat bohong, sebab kebohongan itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan akan ditulis oleh Allah Swt. sebagai pembohong (kadzdzab).” (HR. al-Bukhari). Setiap Muslim harus selalu menjunjung tinggi kejujuran kapan dan di mana pun berada. Sebagai mahasiswa, jujur akan mengantarkan mahasiswa tersebut menjadi sarjana yang terhormat yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa yang arif. Sebagai pegawai atau karyawan, kejujuran sanggup mengantarkannya menjadi orang yang sukses dan berwibawa dan kesannya akan membawa forum kawasan kerjanya terus maju, meskipun secara perlahan. Sebagai pemimpin, jujur sangat dibutuhkan untuk membangun kepercayaan dan proteksi bawahannya. Pemimpin yang tidak jujur sanggup membahayakan dirinya, bawahannya dan bahkan forum yang dipimpinnya. Karena itu, untuk mengangkat nama baik agama (Islam) dibutuhkan pemimpin agama yang jujur.

Sebuah kejujuran memang mahal harganya, sifat dan sikap jujur sanggup terlihat dalam aneka macam bentuk.
Pertama, benar dalam perkataan. Setiap Muslim harus selalu berkata benar dalam keadaan apa pun dan dalam kondisi bagaimana pun. Orang yang berkata benar akan dicintai oleh Allah swt. dan dipercaya oleh masyarakat. Orang yang suka berbohong tidak akan pernah dipercaya oleh masyarakat. Dan berbohong merupakan salah satu ciri orang munafiq. Rasulullah saw. bersabda: “Tanda-tanda orang munafiq ada tiga, yaitu: apabila berkata bohong, bila berjanji memungkiri, dan bila dipercaya berkhianat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Kedua, benar dalam pergaulan. Sehubungan dengan mahalnya harga sebuah kejujuran, seorang Muslim tidak cukup hanya benar dalam perkataannya, tetapi juga harus benar dalam pergaulannya. Dalam pergaulannya dengan insan lain, seorang Muslim dihentikan menipu, bohong, berkhianat, dan yang sejenisnya. Dengan bekal kejujuran, seorang muslim akan sanggup bergaul dengan baik di masyarakat dan akan dipercaya oleh masyarakat.
Ketiga, benar dalam kemauan. Setiap umat Muslim juga harus benar dalam kemauannya. Dengan bekal kejujuran, seorang muslim akan sanggup menuruti kemauannya yang benar. Kemauan yang benar juga harus dipraktikkan dengan cara-cara yang benar. Jangan hingga kebenaran dicampuradukkan dengan kebatilan, sebab hal itu dihentikan  keras dalam agama (QS. al-Baqarah [2]: 42).
Keempat,benar dalam berjanji. Seorang Muslim harus selalu menepati janjinya. Nabi menyuruh menepati janji ini hingga kepada anak kecil sekali pun. Beliau bersabda: “Barang siapa yang berkata kepada anak kecil, mari kemari, saya beri korma ini, kemudian beliau tidak memberinya, maka beliau telah membohongi anak itu.” (HR. Ahmad). Jadi, bila berjanji orang Muslim harus menepatinya, apalagi jikalau ia seorang pemimpin. Allah Swt. menyukai dan memuji orang-orang yang menepati janji (QS. Maryam [19]: 54).
Kelima, benar dalam kenyataan. Seorang Muslim, harus menampilkan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan jangan membohongi masyarakat di sekitarnya. Kenyataan yang dialami hendaknya yang ditampakkan apa adanya kepada orang lain.
 Bagaimana kita menggambarkan mahalnya harga sebuah kejujuran Mahalnya Harga Sebuah Kejujuran
Mahalnya Harga Kejujuran

Semoga dengan membaca artikel ini, kita sanggup lebih yakin betapa mahalnya harga sebuah kejujuran, aamiin.

sumber: uny.ac.id

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel